BTM menyayangkan tindakan oknum yang memotong dan menyebarkan bagian tertentu dari orasinya tanpa konteks utuh. Ia menyebut hal itu sebagai bentuk kampanye negatif yang tidak sehat.
"Itulah cara licik orang yang hanya mencari kesalahan. Kalau kalimat itu didengar dari awal, masyarakat pasti tahu maksudnya menjaga suara dan dukungan. Silakan masyarakat yang menilai," tegasnya.
BTM juga menjelaskan bahwa perumpamaan seperti itu biasa digunakan dalam budaya masyarakat adat Tabi, khususnya di wilayah Genyem dan Nimbokrang, sebagai cara berkomunikasi yang mudah dipahami.
"Itu bahasa kampung, dan semua orang di sini tahu maksudnya. Saya sering juga menggunakan perumpamaan lain, seperti menyapu rumah. Tuan rumah pasti menyapu hingga dapur, tamu hanya menyapu di ruang tamu. Itu filosofi cara kerja saya yang berbeda," jelas mantan Wali Kota Jayapura dua periode ini.
Menanggapi kritik dan tudingan yang diarahkan kepadanya, BTM menyatakan tidak akan membalas dengan kebencian. Ia memilih memaafkan dan mendoakan pihak-pihak yang menurutnya sengaja ingin menjatuhkan nama baiknya.
"Saya tidak pernah melaporkan orang yang memfitnah saya. Saya lebih memilih mendoakan agar mereka bertobat. Semua yang saya katakan adalah benar, dan saya tidak pernah menipu masyarakat," ujarnya.
BTM pun mengajak masyarakat Papua untuk tidak terprovokasi oleh isu yang tidak berdasar, serta tetap fokus menyongsong PSU dengan damai.
"Mari kita semua wajib menggunakan hak pilih pada PSU tanggal 6 Agustus nanti. Jaga dan kawal suara BTM-CK dari hal-hal yang tidak kita inginkan bersama," pungkasnya (*)