Tahap–tahap pembangunan pelabuhan udara Mokmer untuk dapat menampung pesawat udara jenis DC – 8.
Permulaan pelaksanaan test landing dilakukan pada Desember 1959.
Setahun kemudian, KLM membuka rute penerbangan Biak-Tokyo-Amsterdam.
Sayangnya, hal ini tak berlangsung lama.
Berganti Jadi Bandara Frans Kaisiepo dan Dikelola Pemerintah Indonesia
Pada 1962 penguasaan Bandara Mokmer diserahkan ke UNTEA (United Nations Temporary Executive Administration), Badan PBB yang mengurus Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) Irian Barat.
Setelah penyerahan kedaulatan Irian Barat ke Indonesia pada 1 Mei 1953, UNTEA baru menyerahkan penguasaan Bandara Mokmer ke tangan Indonesia tahun 1969.
Di bawah pengelolaan pemerintah Indonesia, nama Bandara Mokmer diubah menjadi Bandara Frans Kaisiepo pada 1984.
Frans Kaisiepo sendiri merupakan nasionalis Indonesia asal Biak yang dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional atas usahanya seumur hidup untuk mempersatukan Irian Barat dengan Indonesia.
Sebelum masa krisis moneter 1998, Bandara Frans Kaisiepo melayani rute penerbangan internasional ke Amerika Serikat.
Posisi strategis bandara ini yang dekat Samudra Pasifik dan berlokasi di ekuator membuat Garuda Indonesia memasukkan Biak dalam penerbangan internasional ke Amerika Serikat.
Pada periode 1996-1998, Garuda membuka rute Jakarta Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles dengan pesawat berbadan lebar MD-11.
Bahkan sebenarnya bandara ini sanggup didarati pesawat sebesar Boeing 747 seri 400.
Namun sangat disayangkan, rute internasional melintasi Samudra Pasifik ini terhenti karena hantaman krisis ekonomi.