CEPOSONLINE.COM, WAROPEN – Masyarakat adat dan warga kampung Distrik Demba dan sekitarnya terus menyuarakan kebutuhan mendesak akan tiga jembatan vital yang menjadi urat nadi penghubung antar kampung.
Kondisi saat ini membuat akses warga terhambat, bahkan membahayakan keselamatan mereka setiap kali melintas.
Salah satunya adalah jembatan kayu penghubung Kampung Biati dan Aniboi yang kondisinya sudah sangat parah.
Bahan dasar kayu telah lapuk, licin jika hujan, dan tiang penyangga bagian tengah tampak menurun.
Warga yang melintas, baik pejalan kaki maupun pengendara roda dua, selalu dihantui rasa was-was.
Tidak jarang ada yang jatuh ke kedalaman lima meter terpeleset, karena licin.
Menurut cerita Hans Ayomi pernah sekali petugas kesehatan terpaksa jatuh karena buru-buru ingin ke Puskesmas di seberang jembatan, menggunakan motor, namun karena hujan, liicn dan saat itu malam, dia pun terpeleset ke dalam jembatan.
"Niatnya ingin menolong warga di Puskesmas, malah dia yang harus kita tolong," ungkap Hans Ayomi bersama kelompok masyarakat lainnya, ditemui di Kampung Tetui Demba, Distrik Demba, Selasa (2/9).
Jembatan kedua bahkan belum pernah dibangun permanen.
Untuk bisa menyeberang, warga hanya mengandalkan batang kayu log dan bambu yang ditata seadanya.
Diikat menggunakan kabel hitam tipis.
Kondisi ini tentu berisiko tinggi, terutama bagi anak-anak sekolah dan lansia. Jembatan ini lokasinya di tengah kampung.
Sementara itu, tidak jauh dari perkampungan sebelumnya yang menggunakan jembatan dari kayu log, jembatan ketiga merupakan jembatan utama yang direncanakan membentang di Kali Demba, dengan lebar sungai mencapai 60 meter.
Hingga kini, masyarakat masih menunggu realisasi pembangunan karena jembatan ini dianggap sebagai akses strategis yang akan membuka keterhubungan lebih luas antar kampung di Distrik Demba.