Alhasil memicu terjadinya pelemparan terhadap aparat dan dibalas dengan gas air mata.
"Tadi memang sedikit bersitegang namun hanya beberapa menit saja di Hom -hom, masa yang ingin bergabung tak semua siswa oleh karena itu dilakukan penghadangan," ungkap Kasi Humas Polres Jayawijaya Ipda M Suryanto via selulernya.
Aspirasi
Dalam orasinya, anak-anak meminta agar program MBG diganti dengan program pendidikan gratis di Wamena.
Pasalnya, biaya pendidikan di Wamena, Papua Pegunungan, sangatlah tinggi.
Tak ayal, hal ini sangat memberatkan orang tua yang membiayai sekolah mereka.
Terlebih, kebanyakan masyarakat di Wamena hanya menggantungkan perekonomiannya pada hasil perkebunan.
"Kami punya mama -mama tahan panas dan dingin di pasar, menjual hasil pertanian untuk bisa membiayai kita sekolah.”
“Oleh karena itu MBG ini tidak berguna untuk kita, karena yang kita perlu hanya pendidikan gratis," beber salah satu siswa SMA dalam orasinya.
Respons Pj Gubernur Papua Pegunungan
Pj Gubernur Papua Pegunungan, Velix Wanggai, menyebutkan jika aksi penolakan MBG ini menjadi salah satu perhatian dari Provinsi Papua Pegunungan.
Disebutkan, sebelum dilakukan di Wamena, aksi serupa pertama kalinya dilakukan di Yahukimo.
“Tentunya ini menjadi masukan untuk Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan kepada pemerintah pusat terkait dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.”
"Pemerintah ingin semua bisa berjalan dengan baik, sehingga hal-hal yang tak diinginkan dalam pelaksanaan MBG ini juga bisa disampaikan agar menjadi satu acuan pemerintah dalam mengambil kebijakan," ujar Velix Wanggai. (*)