• Senin, 22 Desember 2025

Penutupan Festival Seribu Bakau di Waropen, Ini Pesan FX Mote

Photo Author
- Senin, 1 Desember 2025 | 15:38 WIB
Bupati Waropen saat memberikan hadiah lomba-lomba pada penutupan Festival Seribu Bakau Waropen, Sabtu malam( 29/11).  (CENDERAWASIH POS/ISMAIL)
Bupati Waropen saat memberikan hadiah lomba-lomba pada penutupan Festival Seribu Bakau Waropen, Sabtu malam( 29/11). (CENDERAWASIH POS/ISMAIL)

CEPOSONLINE.COM, WAROPEN Festival Seribu Bakau di Kabupaten Waropen yang diselenggarakan di Lapangan Elias Paprindey resmi ditutup oleh Bupati Waropen, Fransiscus Xaverius Mote, pada Sabtu malam (29/11). 

Acara penutupan berlangsung meriah dan dihadiri ratusan warga, Forkopimda, serta sejumlah pimpinan OPD.

Dalam sambutannya, Bupati Mote menyampaikan pesan mendalam terkait pelestarian lingkungan dan budaya. 

Ia menekankan bahwa seluruh kekayaan alam yang ada, termasuk hutan, air, dan bakau, merupakan anugerah Tuhan yang wajib dijaga.

"Filosofi bakau ini merupakan bentuk pertahanan terhadap bencana alam seperti abrasi hingga tsunami, sekaligus sebagai tempat hidup bagi biota laut seperti kepiting, bia, maupun udang," jelas Bupati Mote.

Pentas Seni dan Budaya Adat Malam penutupan ini diwarnai dengan berbagai pertunjukan budaya yang menarik perhatian ratusan pasang mata. 

Selain penampilan tarian kontemporer dari anak-anak sekolah, terdapat atraksi unik dari masyarakat Suku Dani asal Distrik Kirhi dan Walai.

Masyarakat adat tersebut memperagakan teknik menciptakan api dari bahan-bahan yang tersedia di hutan, diikuti dengan ritual mensyukuri nikmat alam sebagai wujud kearifan lokal.

Penguatan nilai budaya selain aspek lingkungan, Festival Seribu Bakau juga menjadi sarana penguatan nilai budaya. 

Pada kesempatan tersebut, diserahkan hadiah bagi para pemenang berbagai mata lomba, termasuk lomba Yosim Pancar dan musik akustik.

Bupati Mote meminta semua pihak mendukung penyelenggaraan festival ini dan menekankan bahwa esensi lomba bukanlah kemenangan.

"Ini bukan persoalan siapa yang juara dan tidak juara, tapi siapa yang bisa mempertahankan nilai-nilai budaya yang telah diturunkan secara turun-temurun untuk generasi kita," tegasnya.

Ia menambahkan, lomba ini akan digelar secara berjenjang di masa mendatang sebagai upaya membangkitkan rasa bangga generasi muda terhadap budaya daerahnya sendiri. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Gratianus Silas

Tags

Rekomendasi

Terkini

X