• Senin, 22 Desember 2025

Garis Depan! Noval Monim Nakes di Negeri Tapal Batas

Photo Author
- Rabu, 19 November 2025 | 20:48 WIB
Neisen Monim saat memberikan pelayanan kesehatan di Kampung Semografi, Diatrik Web, Kabupaten Keerom, Papua beberapa waktu lalu. (CEPOSONLINE.COM/Istimewa)
Neisen Monim saat memberikan pelayanan kesehatan di Kampung Semografi, Diatrik Web, Kabupaten Keerom, Papua beberapa waktu lalu. (CEPOSONLINE.COM/Istimewa)

“Melalui sinergi dan kolaborasi antara pemerintah daerah dan berbagai dinas terkait, Pemerintah Kabupaten Keerom optimis bahwa pemeriksaan kesehatan gratis ini akan berjalan sukses dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

Rumah Kedua Baginya

Tak hanya mengobati fisik, Neisen juga telah menyentuh hati masyarakat Semografi. Hubungan yang terjalin erat ini tak bisa dipisahkan.

“Saya bisa bertahan sampai 18 tahun karena ditahan masyarakat," ungkap Neisen, menceritakan bagaimana warga pernah menemui bupati demi mengembalikannya ke Semografi setiap kali ia dipindahkan.

“Pustu sempat dibongkar masyarakat ketika saya pergi sekolah lagi. Tidak ada petugas yang datang ke sana. Masyarakat marah dan bongkar pustu sampai saya kembali lagi. Keamanan juga sangat dijamin oleh masyarakat, dan aparat. Selama saya di atas aman-aman saja,” katanya.

Bahkan, pasien dari negara tetangga, Papua Nugini pun kerap datang mencari pertolongan Neisen. Demi kemanusiaan, ia tak pernah menolak.

Hidup selama 18 tahun di pelosok Papua berarti berdamai dengan kesunyian dan keterbatasan. Jauh dari keluarga, Neisen terkadang baru bisa pulang ke rumah setelah enam bulan, bahkan setahun lamanya, sebelum akses jalan sedikit membaik.

Kini, dalam 5 tahun terakhir ia bisa turun setiap bulan hanya sekadar mengantar laporan dan mengambil obat di Puskesmas Ubrub, Diatrik Web. Puskesmas terdekat dari Kampung Semografi.

Perjalanan mengambil obat ke Puskesmas Ubrub pun penuh perjuangan, tak jarang motornya rusak di tengah jalan berlumpur dan harus menunggu tumpangan berjam-jam.

"Di sini juga tidak ada listrik 24 jam, kami hanya menggunakan solar cell, jaringan internet juga terbatas hanya menggunakan jaringan BTS. Kadang kalau saya sakit ya urus diri sendiri, hidup di sini harus kuat," tuturnya.

Meski tubuhnya tegap dan jiwanya kokoh, Neisen mengakui ada kalanya ia jenuh, ingin menyerah. Namun, bisikan hati kecilnya selalu mengingatkan bahwa ia adalah satu-satunya harapan bagi masyarakat Semografi.

“Saya yakin tidak akan ada yang tahan kerja di atas dengan tantangan begitu berat," katanya.

Ia berharap, kedepan semakin banyak nakes yang terpanggil untuk mengabdi di daerah terpencil, agar cita-cita pemerataan akses kesehatan di seluruh Indonesia dapat terwujud.

Salah satu warga Kampung Semografi, Samuel mengaku sangat bersyukur mereka bisa memiliki Neisen di kampung mereka.

Ia bertutur, Neisen bukan sekadar tenaga kesehatan. Tapi sebagai anak bagi masyarakat di Kampung Semografi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lucky Ireeuw

Tags

Rekomendasi

Terkini

Melindungi Hak Ulayat Masyarakat Adat Waropen Papua

Selasa, 25 November 2025 | 15:54 WIB

Garis Depan! Noval Monim Nakes di Negeri Tapal Batas

Rabu, 19 November 2025 | 20:48 WIB

Sinergi Dalam Filosofi Menuju Indonesia Sejahtera

Rabu, 29 Oktober 2025 | 20:10 WIB

Menyusuri Jalan Luka Menuju Negeri Seribu Ombak

Rabu, 23 April 2025 | 20:39 WIB
X