• Senin, 22 Desember 2025

Mengenal Lebih Dekat Sosok Sekda Sarmi, Eduward Dimomonmau.

Photo Author
- Rabu, 16 Juli 2025 | 10:07 WIB
Mboik Cepos  Sekda Sarmi, Eduward Dimomonmau
Mboik Cepos Sekda Sarmi, Eduward Dimomonmau

 

Melayani dengan Hati, Mengabdi dengan Nurani. 

Laporan: Roberth Mboik, SARMI

Di sebuah wilayah pesisir yang dikelilingi hutan dan laut, Kabupaten Sarmi. Menyimpan kisah-kisah pengabdian yang tumbuh dari akar masyarakatnya sendiri. Salah satu kisah itu tertulis dalam perjalanan Eduward Dimomonmau, putra daerah yang kini dipercaya menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sarmi.

Pria yang akrab disapa Pak Dimo ini tak lahir dari istana kekuasaan atau panggung elite. Ia lahir dari rumah sederhana, putra seorang guru sekolah dasar yang mengabdi di pedalaman ketika Sarmi belum menjadi kabupaten definitif. Dan masih bagian dari Kabupaten Jayapura. Ibunya adalah ibu rumah tangga yang setia menjaga enam orang anak, menanamkan nilai kesederhanaan, kerja keras, dan takut akan Tuhan.

"Sesungguhnya kita ini adalah pelayan. Pelayan bagi rakyat," ujar Pak Dimo lirih, kepada cenderawasih Pos, Selasa (15/7).

Kalimat itu tak lahir dari ruang rapat atau pidato seremonial. Ia tumbuh dari pengalaman dan rasa syukur yang mendalam, karena menurutnya, banyak orang lebih pintar dan lebih hebat, tapi Tuhan kasih kesempatan kepadanya untuk melayani.

Kariernya dibangun dari bawah, dimulai dari kepala distrik, lalu menjabat sebagai Kepala Bagian Pemerintahan di Sarmi, hingga dipercaya menakhodai Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung dari tahun 2016 sampai 2025. Semua jabatannya selalu bersentuhan dengan rakyat dan kampung, dua entitas yang menjadi nadi kehidupannya sebagai seorang anak Papua.

"Sebenarnya, masyarakat itu tidak menuntut banyak. Mereka hanya ingin diperhatikan,” ucapnya. 

Perhatian yang dimaksud bukanlah proyek besar, melainkan pengakuan yang tulus terhadap keberadaan mereka sebagai pemilik hak ulayat, pemilik budaya, dan pemilik tanah ini.

Bagi Pak Dimo, tugas pemerintah bukan sekadar menjalankan roda administrasi, tetapi menjalin pendekatan kemanusiaan. “Pendekatan itu yang paling utama. Kalau kita datang dengan hati, masyarakat pun akan membuka hati mereka,” ungkapnya.

Sebagai Sekda, ia paham betul tanggung jawab moril yang besar di pundaknya. Ia menjadi poros koordinasi dalam pemerintahan, pelaksana berbagai kebijakan yang dirumuskan oleh bupati dan wakil bupati. Tapi di balik peran birokratis itu, ia tetap menempatkan pelayanan sebagai panggilan utama.

"Kalau kita berniat baik, Tuhan pasti akan melengkapi kekurangan kita. Saya hanya ingin pelayanan ini optimal,"katanya.

Kisahnya tak lepas dari proses panjang, untuk menjadi seperti sekarang ini. Riwayat pendidikannya dimulai dari jenjang SD hingga SMA ia jalani di Sarmi. Kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Jayapura. Pendidikan tinggi itu seolah disusun untuk tugas ini. Ia menamatkan S1 Teknik Sipil di USTJ dengan konsentrasi pada perencanaan wilayah dan kota, lalu melanjutkan S2 di Universitas Cenderawasih dengan spesialisasi kebijakan publik. Dua ilmu yang menjadi fondasi logis dalam merancang pembangunan daerah yang manusiawi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lucky Ireeuw

Tags

Rekomendasi

Terkini

Melindungi Hak Ulayat Masyarakat Adat Waropen Papua

Selasa, 25 November 2025 | 15:54 WIB

Garis Depan! Noval Monim Nakes di Negeri Tapal Batas

Rabu, 19 November 2025 | 20:48 WIB

Sinergi Dalam Filosofi Menuju Indonesia Sejahtera

Rabu, 29 Oktober 2025 | 20:10 WIB

Menyusuri Jalan Luka Menuju Negeri Seribu Ombak

Rabu, 23 April 2025 | 20:39 WIB
X