• Senin, 22 Desember 2025

Gua Binsari: Wisata Sejarah yang Menyimpan Jejak Perang Dunia 2 di Biak Numfor

Photo Author
- Jumat, 16 Mei 2025 | 11:54 WIB
Gua Binsari yang akrab dikenal Gua Jepang di Biak Numfor (CENDERAWASIH POS/ISMAIL)
Gua Binsari yang akrab dikenal Gua Jepang di Biak Numfor (CENDERAWASIH POS/ISMAIL)

Di balik hutan rimbun dan sejuknya udara Biak, ada sebuah tempat yang menyimpan kisah panjang tentang Perang Dunia 2 dan kehidupan masyarakat yang menjadi saksi bisu dari peperangan tersebut.

Gua Binsari, yang dikenal oleh masyarakat lokal sebagai Gua Jepang, adalah salah satu situs bersejarah yang patut dikunjungi oleh siapa saja yang tertarik dengan sejarah perang dan kebudayaan lokal.

ISMAIL, BIAK NUMFOR – PAPUA

Seperti yang diceritakan oleh Yusuf Rumaropen selaku pengelola, Gua Binsari bukan hanya sekadar gua yang terletak di Biak Kota, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang mendalam, yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penting pada masa Perang Dunia 2.

Gua ini, yang pada awalnya ditemukan oleh masyarakat lokal sebagai tempat tinggal dan tempat berkebun, bertransformasi menjadi salah satu lokasi strategis yang digunakan oleh tentara Jepang selama perang.

Gua yang terletak sekitar 15 hingga 20 meter di bawah tanah ini dipilih oleh tentara Jepang sebagai tempat persembunyian dan pusat logistik, di mana mereka menyimpan berbagai perlengkapan militer, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahkan bahan bakar.

“Gua ini sudah ditemukan jauh sebelum tentara Jepang datang. Warga setempat saat itu menemukan gua ini karena seekor anjing yang tiba-tiba muncul dengan tubuh basah, yang mengarah pada penemuan gua tersembunyi di balik semak-semak,” ujar Yusuf.

Gua Binsari yang akrab dikenal Gua Jepang di Biak Numfor (CENDERAWASIH POS/ISMAIL)

Sejak saat itu, gua ini pun mulai dikenal dengan nama Abyab Binsari dalam bahasa Biak, yang berarti “seorang nenek,” karena konon sering terdengar suara tangisan seorang nenek dari dalam gua.

Namun, pada masa Perang Dunia 2, Gua ini menjadi saksi bisu dari pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu, yang akhirnya menyebabkan terjadinya pemboman di sekitar area tersebut.

Menurut cerita dari Yusuf, sekitar 11 ribu tentara Jepang ditempatkan di Biak dan Supiori, dengan sekitar 3.000 tentara Jepang ditempatkan di sekitar Gua Binsari.

Di tempat ini pula ditemukan banyak benda bersejarah, seperti tulang belulang tentara, granat, rudal berkarat, serta berbagai peralatan perang lainnya, yang kini dipajang dalam museum kecil di lokasi tersebut.

Meski gua ini sudah dibuka untuk umum sejak tahun 1990-an, pengelolaan Gua Binsari tetap bergantung pada upaya keras dari masyarakat lokal, terutama keluarga Yusuf, yang sudah turun-temurun menjaga dan merawat situs ini.

“Kami mulai mengumpulkan benda-benda peninggalan ini sejak tahun 1980-an, sebelum ada pembangunan di sini. Kami ingin menjaga sejarah ini tetap hidup dan mengenalkan kepada generasi mendatang,” lanjutnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Gratianus Silas

Tags

Rekomendasi

Terkini

Melindungi Hak Ulayat Masyarakat Adat Waropen Papua

Selasa, 25 November 2025 | 15:54 WIB

Garis Depan! Noval Monim Nakes di Negeri Tapal Batas

Rabu, 19 November 2025 | 20:48 WIB

Sinergi Dalam Filosofi Menuju Indonesia Sejahtera

Rabu, 29 Oktober 2025 | 20:10 WIB

Menyusuri Jalan Luka Menuju Negeri Seribu Ombak

Rabu, 23 April 2025 | 20:39 WIB
X