JAYAPURA – Kepala UPT Taman Budaya Papua, Kepala Taman Budaya Provinsi Papua, Herman Saud S.Pd., M.Sc meminta para pekerja seni yang selama ini menekuni pekerjaannya, memperjuangkan nilai – nilai tradisi dan budaya untuk merubah konsep berfikir dan pola kerja. Pasalnya jika masih tetap dengan konsep menunggu maka sulit untuk mengembangkan seni budaya. Perlu dipikirkan satu konsep yang bisa menciptakan ruang dengan membangun jejaring atau koordinasi dengan pemerintah untuk selanjutnya mendorong apa yang diprogramkan.
“Selama ini saya melihat sanggar masih berjalan sendiri – sendiri padahal membangun jejaring dan koordinasi itu sangat penting. Kalau semuanya hanya menunggu maka itu berat,” kata Herman saat ditemui pada penutupan pelatihan seni bagi sanggar seni yang diikuti sanggar – sanggar di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Keerom di ruang teater, Taman Budaya, Expo Waena, Jumat (11/6). Tercatat 20 sanggar ambil bagian dari pelatihan ini.
Herman juga mengingatkan bahwa pelatihan yang dilakukan sifatnya hanya merangsang untuk membuka wacana menciptakan kreasi – kreasi baru dalam seni tari dengan tetap mempertahankan akar budaya dari masing – masing daerah. Herman berharap sanggar – sanggar ini bisa bersinar di tempatnya dan selalu ready ketika dibutuhkan. “Intinya adalah bagaimana mengembangkan sumber daya manusia para penggiat seni dengan merubah konsep berfikir selama ini. Jika kebanyakan menunggu dibuatkan “panggung” mengapa tidak menciptakan panggung yang nantinya dikolaborasikan,” tambahnya.
Herman berharap dari momentum pagelaran PON ini bisa memancing jiwa – jiwa kreasi baru yang siap dimunculkan dalam opening seremoni PON, Oktober mendatang. Sementara salah satu pengurus sanggar, Hengki Patay menyampaikan bahwa saat ini seluruh sanggar tari masih membutuhkan pendampingan. Karenanya dengan adanya pelatihan ini paling tidak membuka wawasan baru. “Kami berharap pelatihan seperti ini tetap ada, ini sangat membantu kami,” singkatnya. (ade/wen)