“khusus sekolah rakyat dan kita hampir pastikan dan optimis bulan Agustus tahun ajaran baru sudah mulai digulinrkan, untuk tingkat SMA jumlah siswa 100 orang.”
“Murid sudah kita siapkan dan sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan, tujuannya untuk pendampingan,” ujar Bupati Biak Numfor, Markus Mansnembra, dikonfirmasi, Jumat (18/7).
kata Bupati Mansnembra, sebelum mulai belajar, semua siswa menjalani pemeriksaan kesehatan lengkap.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa Pemda Biak Numfor tak hanya peduli pada aspek pendidikan, tetapi juga kesiapan fisik dan psikologis anak-anak tersebut.
Hal ini penting karena sistem pendidikan yang diterapkan adalah berbasis asrama—model yang menuntut adaptasi dan kemandirian dari setiap siswa.
Sekolah Rakyat Biak Numfor akan menempati gedung bekas Kantor Diklat IBDI pada lokasi Kantor BKPSDM Biak yang kini sedang dalam proses renovasi.
Tim teknis dari Kementerian PUPR dan BUMN telah turun tangan membenahi fasilitas yang akan difungsikan sebagai ruang kelas, asrama, dan dapur.
Proses ini dikebut agar semua siap menjelang tahun ajaran baru di awal Agustus.
Tak seperti sekolah konvensional, Sekolah Rakyat dirancang sebagai lingkungan belajar yang menumbuhkan kedisiplinan, rasa tanggung jawab, dan solidaritas sosial.
Hidup bersama di asrama, belajar bersama, makan bersama, serta pendampingan dari para pengajar dan pembina non-akademik menjadi ciri khas program ini.
Meski saat ini baru dibuka untuk jenjang SMA, Pemerintah Daerah memiliki visi jangka panjang.
Sekolah Rakyat diharapkan tumbuh menjadi satuan pendidikan berkelanjutan, yang juga mencakup jenjang SD dan SMP, seiring selesainya pembangunan fasilitas tambahan.
Ini adalah investasi sosial yang nyata—bukan sekadar bangunan fisik, tetapi upaya membangun manusia Papua dari dasar.
Apa yang dilakukan oleh Biak Numfor sejatinya adalah contoh konkret bagaimana pemerintah daerah bisa menjadi ujung tombak keberhasilan program nasional.
Ketika pusat memberi peluang, daerah menjawab dengan kesiapan dan ketulusan.
