CEPOSONLINE.COM, WAROPEN – Pemerintah Kabupaten Waropen melalui Dinas Kesehatan tengah mempersiapkan pembangunan rumah sakit baru sebagai bagian dari peningkatan pelayanan kesehatan dan mendukung pembangunan nasional.
Hal ini menyusul rusaknya Rumah Sakit Rodo Fabo karena mengalami pergeseran tanah dan bangunan mengalmai keretakan, hingga dianggap tidak layak lagi,
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Waropen, Robert Mbaubedari, mengungkapkan bahwa pemerintah pusat melalui program PHTC telah mengalokasikan dana sebesar kurang lebih Rp 200 miliar untuk pembangunan rumah sakit kelas C.
Pembangunan ini menjadi peningkatan dari rumah sakit kelas D yang sebelumnya ada di Waropen.
“Proses pembangunan sudah dimulai sejak Januari 2025, dengan beberapa kendala, terutama dalam penentuan lokasi.”
“Setelah berdiskusi bersama kepala suku besar, keluarga pemilik hak ulayat, dan bupati, akhirnya diputuskan lokasi pembangunan berada di lahan seluas sekitar tiga hektar di samping RS Rodo Fabo,” jelas Mbaubedari, ditemui di Waropen, Kamis (28/8).
RS Rodo Fabo sendiri sebelumnya mengalami kendala operasional akibat terdampak pergeseran tanah, hingga bangunan mengalami keretakan, sehingga rumah sakit baru ini diharapkan mampu menggantikan sekaligus meningkatkan layanan kesehatan masyarakat Waropen.
Saat ini, pemerintah daerah tengah menuntaskan proses surat pelepasan adat, yang ditargetkan selesai dalam pekan ini hingga pekan depan.
Pembangunan rumah sakit direncanakan menggunakan sistem multi years.
Alat berat akan mulai masuk lokasi pada minggu depan untuk melakukan pembersihan dan persiapan lahan.
Sementara, pelelangan kontraktor ditargetkan pada akhir Agustus hingga awal September 2025.
“Jika sesuai jadwal, pembangunan fisik dimulai Oktober 2025. Beberapa bangunan diharapkan selesai pada Desember 2025, sementara sisanya rampung hingga Juni 2026. Rumah sakit ditargetkan bisa beroperasi penuh pada Juli 2026 jika tidak ada hambatan,” tambah Mbaubedari.
Lokasi rumah sakit baru berada tak jauh dari RS Rodo Fabo, namun posisinya sedikit lebih rendah agar tidak terkendala masalah tanah seperti sebelumnya.
Akses menuju lokasi akan tetap melalui jalan utama, dengan sedikit perubahan arah agar lebih mudah dijangkau masyarakat.