• Senin, 22 Desember 2025

Gurita Oligarki “Sexy Killers” dan Signifikansi Golput

Photo Author
- Selasa, 23 April 2019 | 10:37 WIB

Golput dan Rasionalitas


Siapapun yang menonton dokumenter ini pasti akan merasakan kekecewaan terhadap  pemerintahan atau bahkan kepada negara. Kita bisa menebak betapa absurdnya negara, seperti  juga merasa betapa absurdnya demokrasi itu. Sebuah sistem pemerintahan yang semula  diimpikan akan mengutamakan rakyat, berakhir dengan keuntungan di pihak penguasa atau  pengusaha. Apalagi ketika dua komponen terakhir ini saling bersetubuh. “Siapa yang bisa kita  percayai?” tanya seorang teman selepas menyaksikan dokumenter tersebut. Jawaban yang  terdengar kemudian hanya sebuah dengung.


  Sexy Killers menampilkan dengan begitu berani perusahan-perusahan tambang batu bara yang  ada dan siapa saja yang memiliki koneksi dengan bisnis-bisnis tersebut. Dalam keseluruhan  film justru diperlihatkan bahwa keempat putra ‘terbaik’ bangsa yang ingin menang di pemilu  tahun ini, memiliki koneksi tertentu di bidang perusahan pertambangan, secara langsung atau  pun tidak.


  Kekawatiran terbesar dari tersebarnya film ini adalah akan membludaknya jumlah para  golongan putih (golput). Ada anggapan akan mempengaruhi pemilih mengambang (swing


voters/undecided voters). Jumlah pemilih mengambang ini diperkirakan 25% dari total


pemilih. Warga pemilih yang kritis akan menilai dokumenter tersebut dengan memahami posisi


yang memang berbeda.Namun kekhawatiran tersebut ternyata tidak sepenuhnya mutlak terjadi. Hal ini sudah terbukti pada perayaan demokrasi secara serentak di 17 April lalu. Menurut Lingkaran Survei Indonesia  (LSI) memaparkan perbedaan angka golput antara pilpres dan pileg dari hasil hitung cepatnya.


  Hasilnya, golput pilpres ditaksir mencapai 19,27 persen dan pileg 30,05 persen (18/4/2019).


Bukan angka yang rendah memang, tapi bukan pula menunjukan signifikansi golput yang besar  dibandingkan penyelenggaraan Pilpres di 2014 silam dengan angka perolehan tingkat golput  mencapai 24,89 persen (KPU:2014).


  Saya justru memahami bahwa Sexy Killers telah memberikan suatu alasan yang sangat rasional  untuk tidak memilih salah satu dari kedua calon atau memilih keduanya sekaligus. Artinya,  jika para pemilih di tahun politik tidak selalu bisa memberikan alasan rasional untuk memilih  atau sebaliknya menuduh kaum tertentu (juga golput) sebagai yang irasional, dokumenter ini  justru memberikan jawaban yang sangat rasional atas tuduhan tersebut.


  Kecuali itu, hal yang tampak jelas dari Sexy Killers adalah ajakan untuk tidak menjadi pemuja  buta terhadap dua calon. Bahwa dengan menonton film ini anda menjadi golput atau malah  memilih salah satu dari kedua calon, semuanya itu menjadi hak anda. Hal yang patut diingat  adalah memuja berlebihan antara kedua calon ini tampak merupakan suatu tindakan absurd.


Untuk hal ini kiranya dokumenter itu memberikan alasan yang sangat rasional.


*) Penulis adalah ASN Kota Jayapura - Mahasiswi Pascasarjana Fisipol UGM


Jogjakarta Jurusan Magister Administrasi Publik dan Pegiat MAP Corner-Klub MKP


UGM Jogjakarta.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Membangun Fondasi dan Identitas Pegunungan Papua

Kamis, 2 Januari 2025 | 13:17 WIB

Pengisian Anggota DPRP Jalur Pengangkatan

Kamis, 28 November 2024 | 10:45 WIB

BAYI YESUS

Kamis, 21 Desember 2023 | 19:10 WIB

MEMAHAMI SUASANA KEBATINAN ORANG ASLI PAPUA

Minggu, 19 April 2020 | 23:19 WIB

Dialog Sektoral untuk Asmat

Jumat, 27 April 2018 | 14:05 WIB
X