• Senin, 22 Desember 2025

Gurita Oligarki “Sexy Killers” dan Signifikansi Golput

Photo Author
- Selasa, 23 April 2019 | 10:37 WIB

(Oleh: Herny Mebri)


Setahun sebelum digelarnya Pileg dan Pilpres-Cawapres 2019, publik disentakan dengan  beredarnya video dokumenter dari Watchdog Image yang diplu­blikasikan di youtube.


Film  dokumenter yang diunggah pada 13 April 2018 ini mendadak menjadi viral dan menjadi  perbincangan khalayak ramai. Tidak tanggung-tanggung dengan hype yang sangat tinggi,  dokumenter tersebut menembus jumlah penonton hingga melebihi angka 14 juta penonton  hanya dalam waktu 5 (lima) hari saja. Reaksi dan tafsiran sontak mulai bermunculan, sikap  apatis atau tidak percaya semakin bergelayut dalam benak penonton dokumenter tersebut.


Sedemikian dasyat power dokumenter tersebut, tabir apa sebenarnya dimunculkan dalam film  tersebut hingga mampu me­main­kan emosi para penontonnya.


Sengkarut Oligarki


   Dokumenter besutan Dandhy Dwi Laksono ini membeberkan soal bagaimana silang sengkarut  perusahaan tambang batu bara menyelimuti para elite yang ada di lingkaran kedua kubu capres-cawapres di pilpres 2019. Sexy Killers, menjadi film produksi babak terakhir diantara film lain  dari mereka yang telah produksi beberapa waktu lalu, seperti Samin vs Semen (2015), The  Mahuzes (2015), ASYMMETRIC (2018), dan lain-lain.


   Film ini menampilkan adanya keterlibatan pejabat dan politisi di sektor pertambangan batu  bara. Mereka pada umumnya terlibat secara aktif sebagai komisaris, pemilik saham, dan  sebagainya. Keterlibatan merekalah yang seakan-akan menjadi alasan pemerintah tidak  menunjukan komitmen kuat terhadap hukum Indonesia. Hal ini menjadi tema besar dalam film  dokumenter selain dampak pertambangan batu bara secara umum.


Si “sexy” yang mematikan


  Sexy Killers mengungkap keadaan lokasi penambangan batu bara di kawasan Kutai,  Kalimantan Timur dimana para petani transmigran yang telah menempati lokasi sejak era Orde  Baru kini harus pasrah menanggung kerusakan lahan yang ditenggarai disebabkan oleh  aktivitas tambang. Tak hanya polusi udara, krisis air bersih, dan kerusakan bangunan, aktivitas  tambang yang bersebelahan dengan pemukiman warga juga meninggalkan lubang galian yang  menelan korban jiwa.


   Dalam film tersebut menceritakan pula perihal 3500 lubang bekas galian batu bara di  Kalimantan Timur. Aturan mengharuskan bahwa semuanya itu direklamasi atau ditutup  kembali. Pada kenyataannya tidak demikian, karena tentu saja perusahan akan mengeluarkan  lebih banyak uang untuk itu. Antisipasi terhadap kerusakan lingkungan kerap abai  diperhatikan. Suatu kelalaian atau kesengajaan yang berdampak besar bagi masyarakat kecil.


Kisah diangkat mulai dari kesulitannya sejumlah warga di Kalimantan Timur dalam  mendapatkan air bersih, setelah ekspansi pertambangan batu bara dimulai. Seperti Nyoman, salah satu warga transmigran yang mengaku aliran air ke lahan pertaniannya terblokir oleh  perusahaan batu bara.


   Belum lagi dampak dari lubang bekas pertambangan yang belum direklamasi. Berada di sekitar  pemukiman warga, lubang tersebut telah merenggut 115 nyawa sepanjang 2014 sampai 2018.


Masih dalam film yang sama, fakta lain menunjukan pembangunan PLTU di kawasan  konservasi perairan laut Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang kaya akan ikan dan terumbu  karang. Dibangun pada tanah seluas 226 hektar, PLTU Batang menjadi Pembangkit Listrik  Tenaga Uap terbesar di Asia Tenggara. Hal tersebut juga berdampak pada lahan pertanian dan  perkebunan yang juga termakan oleh pembangunan proyek tersebut.


   Sebagian besar pasokan energi listrik bersumber dari PLTU dengan bahan bakar utamanya  adalah batu bara. Keberadaan perusahan-perusahan tambang batu bara menjadi sangat penting  untuk memenuhi kebutuhan ini, yang dicita-citakan sebesar 35000 watt oleh Presiden Jokowi  pada paruh pertama pemerintahannya. Pembangkit listrik jenis ini dipandang sebagai salah satu  pembangkit listrik dengan biaya murah, dibandingkan dengan PLTS atau dengan bahan bakar  minyak bumi.


  Hal yang tidak bisa terhindarkan dari pertambangan batu bara adalah soal  kerusakan lingkungan hidup, ketidakadilan terhadap masyarakat, dan beragam soal krusial  lainnya seperti munculnya penyakit karena udara yang terpolusi. Slowly but sure Ekternalitas yang ditimbulkan berdampak negatif, masif dan mematikan. What a sexy killers!!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Membangun Fondasi dan Identitas Pegunungan Papua

Kamis, 2 Januari 2025 | 13:17 WIB

Pengisian Anggota DPRP Jalur Pengangkatan

Kamis, 28 November 2024 | 10:45 WIB

BAYI YESUS

Kamis, 21 Desember 2023 | 19:10 WIB

MEMAHAMI SUASANA KEBATINAN ORANG ASLI PAPUA

Minggu, 19 April 2020 | 23:19 WIB

Dialog Sektoral untuk Asmat

Jumat, 27 April 2018 | 14:05 WIB
X