features

Potret Acara Kelulusan Siswa Sekolah, yang Mewah atau Sederhana?

Selasa, 3 Juni 2025 | 15:24 WIB
Dua Potret kontras kegiatan kelulusan siswa yang digelar di Hotel dan di Halaman sekolah yang tergenang air. (CENDERAWASIH POS/ISMAIL)

Meski tanpa karpet merah dan lampu kristal, semangat kelulusan tak luntur dari wajah-wajah kecil itu.

Di tengah keterbatasan, kelulusan tetap menjadi perayaan kemenangan atas perjalanan enam tahun penuh perjuangan.

Rasa haru bahkan tidak dapat disembunyikan oleh Kepala Sekolah SD YPK Waupnor, Kain R Wamaer, yang juga Ketua PGRI Biak Numfor itu.

Dibalik rasa bahagianya tersimpan upaya-upaya dibelakang layar, dalam mengupayakan acara kelulusan yang dihadiri orang tua siswa dan juga mengupayakan siswanya yang disinyalir tak akan lulus, karena kurangnya tingkat kehadiran di sekolah.

Namun terbyar ketika Ia dibantu dewan guru harus menjemputnya langsung di rumah, dan memintanya untuk bersekolah, serta melakukan sejumlah perbaikan data-data siswa yang masih beklum terkoneksi pada sistem administrasi kependudukan dan Dapodik.

"Enam tahun itu bukan waktu yang singkat, apapun kondisinya mari ke sekolah. Itu juga disambut oleh sekolah," ucapnya dengan nada haru.

Diakui, kondisi sekolah yang memang setiap kali hujan sebagian halaman terpaksa harus tergenang air.

Namun itu tidak menyurutkan semangat belajar dari para siswa dan juga dewan guru untuk mengajar.

Dia pun mengakui, ketika hujan kondisi seokolah yang berada pada kerendahan struktur tanah selalu menjadi imbas, olehnya itu seringkali ada genangan air di halaman sekolah.

"Kita sudah lepas karang tahap pertama tapi belum ada perubahan, yang ada tertimbun ini tempat yang sudah kita timbun memang," terangnya.

Diakui, ada 34 anak/siswa yang dinyatakan lulus dan itu 100% siswa-siswi kelas VI SD YPK Waupnor.

Dari awal mereka masuk diakuinya mereka masih banyak kekurangan, dan mereka diakuinya sudah paham tentang baca tulis dan hitung, serta mata pelajaran lokal seperti Bahasa Biak juga sudah diberikan kepada siswa yang memang didominasi oleh para anak-anak Orang Asli Papua.

"Tinggal pengetahuan umum yang memeang mereka harus kembangkan nanti di tingkatan tahapan pembelajaran berikutnya di SMP.”

“Kita tahu nanti di SMP itu dari kurikulum Merdeka ini banyak hal yang harus dilakukan, baik pengetahuan, keterampilan dan juga karakter siswa. Karakter itu yang penting.”

“Dan anak-anak kami sudah kami bekali dengan karakter yang baik, agar mereka bisa diterima pada jenjang berikutnya," pungkasnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Melindungi Hak Ulayat Masyarakat Adat Waropen Papua

Selasa, 25 November 2025 | 15:54 WIB

Garis Depan! Noval Monim Nakes di Negeri Tapal Batas

Rabu, 19 November 2025 | 20:48 WIB

Sinergi Dalam Filosofi Menuju Indonesia Sejahtera

Rabu, 29 Oktober 2025 | 20:10 WIB

Menyusuri Jalan Luka Menuju Negeri Seribu Ombak

Rabu, 23 April 2025 | 20:39 WIB