CEPOSONLINE.COM, BIAK - Festival Biak Munara Wampasi (FBMW) 2025 telah resmi dibuka pada Selasa (1/7/2025) dengan semangat yang tinggi, dihadiri oleh perwakilan pemerintah Indonesia, utusan dari berbagai negara, dan sejumlah investor internasional.
Festival ini bertujuan untuk mengangkat pariwisata dan budaya lokal Biak Numfor ke tingkat yang lebih tinggi, dengan harapan dapat membawa dampak positif bagi perekonomian lokal.
Namun, di tengah antusiasme dan kolaborasi internasional dalam membangun sektor pariwisata, ada peringatan penting yang harus diwaspadai, yaitu capital flight, yakni konsep yang merujuk pada perpindahan besar-besaran modal atau investasi dari suatu negara ke negara lain.
Fenomena ini sering terjadi ketika pelaku ekonomi merasa bahwa stabilitas ekonomi atau politik di negara asalnya terancam, atau ketika mereka melihat peluang investasi yang lebih menguntungkan di luar negeri.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor, Turbey Onny Dangeubun, dalam kesempatan tersebut menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengembangan sektor pariwisata dengan nilai inklusivitas dan keberlanjutan.
Namun, ia juga menyoroti bahwa keberhasilan festival ini tidak hanya tentang merayakan kekayaan budaya dan menarik turis dari luar negeri, tetapi juga tentang menjaga agar capital flight tidak terjadi.
"Festival ini bukan hanya seremonial, tetapi bentuk nyata penguatan ekonomi masyarakat. Tahun ini kita pastikan tidak ada capital flight. Semua anggaran yang digelontorkan akan diserap secara maksimal oleh pelaku UMKM, seniman, dan budayawan lokal," ungkap Dangeubun.
Capital flight menjadi isu yang perlu diperhatikan serius, terutama dalam konteks negara berkembang seperti Indonesia, di mana pergerakan modal yang besar ke luar negeri dapat menyebabkan hilangnya potensi pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan domestik.
Capital flight dapat disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi, kebijakan fiskal yang tidak stabil, atau masalah politik yang dapat menurunkan kepercayaan investor.
Ketika dana dan modal yang seharusnya berputar dalam negeri justru keluar, ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperburuk ketidakstabilan.
Di sisi lain, Biak Numfor dengan segala potensi pariwisatanya memiliki peluang besar untuk menghindari hal ini.
Dengan mengoptimalkan peran UMKM dan masyarakat lokal dalam setiap kegiatan festival, pemerintah daerah berupaya memastikan bahwa setiap dana yang masuk melalui sektor pariwisata akan kembali ke masyarakat dan membantu ekonomi lokal tumbuh.
Penting bagi semua pihak—baik pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat—untuk memastikan bahwa pariwisata yang berkembang di Biak dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi ekonomi lokal dan mencegah aliran keluar modal yang dapat merugikan stabilitas ekonomi daerah.
"Kami dorong kolaborasi pentahelix—akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media—untuk bersama-sama menjadikan Biak sebagai rumah bagi siapa saja," ujar Dangeubun.