Sebanyak 35 tenaga medis juga bertugas secara penuh di kapal, termasuk dokter umum, perawat, apoteker, bidan, dan tenaga spesialis seperti obgyn, anak, bedah, dan penyakit dalam.
“Selama di Waigeo, kami menangani kasus-kasus kritis, salah satunya adalah operasi sesar dengan janin terlilit tali pusat—yang kemungkinan selamatnya sangat kecil jika tidak ditangani segera. Ini menunjukkan pentingnya akses terhadap fasilitas medis yang memadai,” ujar Tutuk.
Program Rumah Sakit Kapal sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang dijalankan oleh PIS, khususnya pada aspek sosial. Sekaligus, mendukung beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu SDG 3, SDG 10, SDG 14, dan SDG 17.
Kolaborasi ini juga melengkapi komitmen PIS dalam mendorong kehadiran perusahaan negara yang berdampak nyata, khususnya di daerah dengan akses terbatas.
Selain mengangkut energi ke seluruh negeri, PIS melalui kerja sama ini menunjukkan bahwa kapal juga bisa menjadi sarana pelayanan publik yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat. (*)