• Senin, 22 Desember 2025

Dinkes Ungkap Tantangan Dalam Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS Di Papua Tengah

Photo Author
- Rabu, 7 Mei 2025 | 13:20 WIB
Kepala Dinkes Papua Tengah dr. Agus foto bersama dengan Wakil Bupati Nabire dan Pimpinan OPD dan staff di lingkup Pemkab Nabire yang datang mengikuti kegiatan Sosialisasi. (HUMAS PEMPROV/cepos)
Kepala Dinkes Papua Tengah dr. Agus foto bersama dengan Wakil Bupati Nabire dan Pimpinan OPD dan staff di lingkup Pemkab Nabire yang datang mengikuti kegiatan Sosialisasi. (HUMAS PEMPROV/cepos)

CEPOSONLINE.COM - NABIRE, Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Provinsi Papua Tengah mengungkap Papua Tengah menghadapi sejumlah tantangan dalam pencegahan dan penanganan HIV/AIDS, yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah, komunitas, dan seluruh pemangku kepentingan.
“ Yang pertama karena tingginya mobilitas penduduk. Papua Tengah memiliki mobilitas penduduk yang tinggi, terutama dari pekerja migran, pencari kayu gaharu, serta masyarakat yang berpindah antar kabupaten untuk bekerja,” tutur Kepala Dinkes P2KB Papua Tengah, dr. Agus dalam acara sosialisasi survey terpadu biologis dan perilaku (STBP) tanah Papua tahun 2025 di aula Setda Nabire, Selasa, (6/5/2025).
Menurutnya, Tingginya mobilitas penduduk berkontribusi pada Peningkatan risiko penyebaran HIV, terutama melalui hubungan seksual berisiko di wilayah dengan akses kesehatan terbatas.
“ Selain itu Minimnya deteksi dini, karena banyak individu yang sulit dijangkau oleh program pemeriksaan rutin dan Kurangnya informasi kesehatan bagi pekerja migran, yang sering kali tidak mendapatkan edukasi tentang pencegahan HIV/AIDS,” ujar dr. Agus.
Tantangan berikutnya adalah Minimnya Edukasi tentang HIV/AIDS di Komunitas Pedalaman. “ Kesadaran masyarakat di komunitas pedalaman tentang HIV/AIDS masih sangat rendah, yang menyebabkan kurangnya pencegahan dan deteksi dini. Faktor utama yang mempengaruhi rendahnya edukasi meliputi: Minimnya akses informasi, terutama di wilayah yang masih sulit dijangkau oleh layanan kesehatan,” ungkapnya.
Lanjutnya, dsisi lain Kurangnya tenaga penyuluh kesehatan yang dapat memberikan edukasi langsung kepada masyarakat pedalaman dan msih banyak mitos dan informasi keliru mengenai HIV/AIDS, yang menyebabkan masyarakat menghindari pemeriksaan.
Tantangan ketiga menurut Kepala Dinkes P2KB adalah krangnya Kesadaran akan Pemeriksaan HIV. “ Banyak masyarakat enggan melakukan pemeriksaan HIV, baik karena takut hasilnya, tidak tahu manfaat deteksi dini, atau merasa tidak berisiko,” lugas Kepala Dinkes P2KB.
Ia mengatakan akibat kurang kesadaran akan pemeriksaan HIV Akibatnya adalah banyak kasus HIV yang tidak terdeteksi, sehingga penyebaran virus terus berlanjut.
“ Penderita baru hanya mengetahui statusnya saat muncul gejala AIDS, yang sudah berada dalam tahap lanjut. Juga, Kurangnya fasilitas pemeriksaan HIV yang mudah diakses bagi masyarakat umum,” kata dokter Agus.
Tantangan keempat menurut Dinkes P2KB ialah Stigma terhadap Pengidap HIV/AIDS (ODHA). “ Stigma yang masih tinggi terhadap ODHA menyebabkan banyak orang takut melakukan pemeriksaan atau enggan mencari pengobatan, karena khawatir dikucilkan,” imbuhnya.
Tantangan kelima adalah Akses Layanan Kesehatan yang Belum Merata. Papua Tengah masih mengalami kesenjangan dalam akses layanan kesehatan, terutama di daerah pegunungan dan pedalaman.
“ Beberapa tantangan meliputi: Kurangnya tenaga medis dan fasilitas pemeriksaan HIV di daerah terpencil juga Distribusi obat ARV yang belum optimal, sehingga banyak pasien HIV/AIDS kesulitan mendapatkan pengobatan rutin,” ungkapnya.
Lanjut dokter Agus, Minimnya rumah sakit rujukan untuk HIV/AIDS juga menyebabkan keterbatasan dalam perawatan lanjut bagi pasien.
Sehingga Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) Tanah Papua 2024 menjadi langkah strategis untuk memperoleh data yang akurat tentang prevalensi HIV dan sifilis, serta perilaku berisiko di populasi umum.
“ Hasil survei ini akan menjadi dasar kebijakan dan intervensi yang lebih tepat sasaran, demi mencapai target global Triple 95-95-95 Papua Tengah berupaya mendukung program eliminasi HIV pada tahun 2030 melalui: 95% orang dengan HIV mengetahui statusnya melalui testing yang lebih luas, 95% yang terdiagnosis menerima terapi ARV secara berkelanjutan dan 95% orang yang menjalani terapi ARV memiliki sup

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lucky Ireeuw

Tags

Rekomendasi

Terkini

Komandan KKB Nduga Ditangkap Satgas ODC di Nabire

Jumat, 7 November 2025 | 11:59 WIB
X