• Senin, 22 Desember 2025

Santri menjejak era modern

Photo Author
- Kamis, 23 Oktober 2025 | 04:28 WIB
Suasana Pondok Pesantren Pabelan di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. ANTARA/ HO-Ponpes Pabelan
Suasana Pondok Pesantren Pabelan di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. ANTARA/ HO-Ponpes Pabelan

Usulan untuk menjadikan Hari Santri sebagai peringatan nasional pertama kali muncul pada 27 Juni 2014. Kala itu, ratusan santri dari Pondok Pesantren Babussalam, Malang, Jawa Timur, mengusulkan kepada calon Presiden Joko Widodo agar 1 Muharam ditetapkan sebagai Hari Santri. Namun, setelah melalui berbagai pertimbangan, pemerintah akhirnya menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015.

Sejak saat itu, setiap pesantren di penjuru negeri memperingatinya dengan beragam kegiatan, mulai doa bersama, lomba-lomba yang mengasah kreativitas santri, hingga diskusi kebangsaan yang membahas peran santri di masa depan.

Pendidikan di pesantren tidak lagi hanya soal hafalan Al-Quran atau memahami fiqih, tetapi juga tentang bagaimana santri bisa menjadi pemimpin yang berwawasan global, toleran, dan mampu menjawab tantangan zaman.

Banyak di antara santri kini hadir di ruang publik, menjadi guru, dokter, penulis, akademisi, konten kreator hingga pengusaha yang tetap memegang teguh nilai-nilai moderasi beragama. Mereka menjadi penanda bahwa pesantren bukan lembaga tradisional yang tertinggal.

Tantangan

Tantangan pesantren hari ini tidak ringan di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi. Dunia digital membawa peluang sekaligus ancaman.

Di satu sisi, teknologi membuka akses pembelajaran tanpa batas, memungkinkan santri untuk mengakses pengetahuan dari berbagai penjuru dunia. Di sisi lain, teknologi juga membawa risiko disinformasi, radikalisme daring, dan degradasi moral.

Namun, pesantren tidak tinggal diam. Santri dididik untuk menjadi penyeimbang dengan menyebarkan narasi positif dan moderat. Mereka dilatih untuk memahami etika digital, termasuk cara menyaring informasi dan menyampaikan pesan dakwah dengan cara yang relevan bagi generasi milenial dan Gen Z. Dengan demikian, pesantren tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga laboratorium sosial.

Banyak pesantren mulai mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum mereka, mempersiapkan santri untuk menghadapi era digital dengan bijak.

Di sejumlah pesantren, para santri kini aktif membuat konten dakwah digital, mengelola media pesantren, bahkan belajar digital marketing. Dengan begitu, mereka tak hanya menjadi penjaga moral, tapi juga pelaku ekonomi kreatif.

Program Santri Digitalpreneur yang diinisiasi oleh pemerintah juga menjadi salah satu wujud adaptasi pesantren terhadap perkembangan zaman. Program ini menjadi wadah pelatihan dan peningkatan kapasitas santri dan generasi milenial dalam menghadapi tantangan industri digital kreatif

Peringatan Hari Santri Nasional 2025 ini menjadi momentum refleksi sejauh mana peran pesantren dan santri dalam membangun Indonesia. Dari masa perjuangan hingga era digital, santri selalu hadir dalam setiap babak sejarah bangsa.

Kini, tantangannya bukan lagi mengangkat senjata, tetapi memegang pena, laptop, atau gawai untuk menyebarkan ilmu serta meneguhkan nilai-nilai kebangsaan.

Pesantren dituntut untuk terus relevan di tengah perubahan zaman. Kurikulum pendidikan harus terus dikembangkan mencakup keterampilan abad 21 tanpa mengorbankan nilai-nilai keislaman.

Santri juga diharapkan menjadi motor penggerak pembangunan yang tetap berpegang pada identitas ke-Islamannya, menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan kemajuan teknologi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lucky Ireeuw

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bantuan Kesehatan Bagi Korban Banjir di Sumatera

Selasa, 9 Desember 2025 | 19:01 WIB

Perbarui sertifikat untuk cegah sengketa

Kamis, 20 November 2025 | 21:05 WIB

Prabowo targetkan tambah 30 fakultas kedokteran baru

Kamis, 20 November 2025 | 20:53 WIB

W.R. Supratman: Pahlawan mewangi, bukan berdarah

Rabu, 12 November 2025 | 19:54 WIB

Biaya haji 2026 turun

Rabu, 5 November 2025 | 04:03 WIB
X