• Minggu, 21 Desember 2025

W.R. Supratman: Pahlawan mewangi, bukan berdarah

Photo Author
Elfira Halifa
- Rabu, 12 November 2025 | 19:54 WIB
Wage Rudolf Supratman, seorang komponis, wartawan, dan pemikir yang berjuang dengan biola dan pena, di saat orang lain memilih bedil. (Ilustrasi jawapos)
Wage Rudolf Supratman, seorang komponis, wartawan, dan pemikir yang berjuang dengan biola dan pena, di saat orang lain memilih bedil. (Ilustrasi jawapos)

Oleh Rioberto Sidauruk *)

Jakarta, 12/11 (ANTARA) - Pada setiap tanggal 10 November, ingatan kolektif bangsa kita selalu tertuju pada getaran heroik Pertempuran Surabaya 1945, satu peristiwa yang menjadi simbol keberanian rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan.

Sejarah mencatat heroik fisik, gemuruh senapan, dan lautan darah sebagai harga yang harus dibayar.

Di tengah narasi kepahlawanan yang lekat dengan seragam militer, kita sering melupakan kontribusi para pejuang sunyi yang menggunakan jalur kreativitas dan intelektual. Salah satu di antaranya adalah Wage Rudolf Supratman, seorang komponis, wartawan, dan pemikir yang berjuang dengan biola dan pena, di saat orang lain memilih bedil.

W.R. Supratman meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938, tepat tujuh tahun sebelum proklamasi, namun ia meninggal dalam keyakinan total: "Saya yakin Indonesia pasti merdeka,” sebuah pengakuan yang ia sampaikan kepada saudaranya.

Keyakinan total ini tidak muncul dari kehampaan, melainkan dari sebuah kontribusi abadi yang ia tanamkan melalui berbagai karya seninya.

Mari kita perhatikan lirik puitis dari salah satu lagu karyanya, "Pahlawan Merdeka," yang secara radikal mengubah definisi heroik: "Pahlawan merdeka yang gugur sebagai bunga / Jatuh mewangi di atas pangkuan ibunda."

Supratman memilih diksi bunga dan mewangi, alih-alih darah dan senjata. Ini bukan hanya pilihan diksi, tetapi sebuah penegasan filosofis bahwa pengorbanan haruslah suci, indah, dan menghasilkan kebaikan.

Begitu pula lirik dalam lagu itu yang menyatakan bahwa para pejuang adalah "ratna yang pecah dan tersebar di bumi Indonesia."

Ratna atau permata yang tersebar ini adalah warisan yang tersebar di seluruh Nusantara. Mahakaryanya, "Indonesia Raya," adalah perwujudan literal dari kiasan ini, sebuah permata suara yang menyatukan seluruh hati nurani bangsa.

W.R. Supratman adalah pahlawan yang meninggalkan permata yang mewangi dan tersebar, jauh sebelum ia mendapat gelar Pahlawan Nasional.

 

Warisan biola 

W.R. Supratman telah meninggalkan kita semua dengan warisan biola Supratman, sebuah simbol perjuangan yang sangat konstruktif.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Elfira Halifa

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bantuan Kesehatan Bagi Korban Banjir di Sumatera

Selasa, 9 Desember 2025 | 19:01 WIB

Perbarui sertifikat untuk cegah sengketa

Kamis, 20 November 2025 | 21:05 WIB

Prabowo targetkan tambah 30 fakultas kedokteran baru

Kamis, 20 November 2025 | 20:53 WIB

W.R. Supratman: Pahlawan mewangi, bukan berdarah

Rabu, 12 November 2025 | 19:54 WIB

Biaya haji 2026 turun

Rabu, 5 November 2025 | 04:03 WIB
X