Mozes menyebut, berdasarkan presentasi tim ahli PT Freeport, terdapat tujuh titik rawan longsor di sekitar wilayah Waa/Banti yang memerlukan sosialisasi.
“Kami khawatir longsor dapat terjadi kapan saja, terutama karena curah hujan yang tinggi sejak Mei hingga Juni," ujarnya menambahkan.
Sementara itu, Direktur & EVP Sustainable Development & Community Relations PTFI Claus Wamafma mengatakan, aspek keselamatan masyarakat Kampung Waa/Banti sangat penting agar mereka dapat beraktifitas dengan tenang.
PTFI sebagai mitra Pemerintah Kabupaten Mimika terus memberikan dukungan berupa analisis pemetaan kerentanan longsor di area Kampung Banti.
Hasil analisis tersebut disampaikan PTFI kepada pemerintah daerah sebagai salah satu masukan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.
"Kami melihat dari peta geologi, kemiringan lereng, serta curah hujan. Hasilnya, diperoleh kesimpulan
bahwa wilayah tersebut sangat rentan mengalami bencana tanah longsor di beberapa titik,” kata Claus.
Seperti diberitakan sebelumnya, PTFI telah menerjunkan tim khusus untuk memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak di Kampung Waa/Banti akibat curah hujan tinggi, banjir dan tanah longsor.
Perbaikan yang dilakukan meliputi perbaikan jalan, tanggul, normalisasi sungai serta perbaikan tanggul penahan jembatan Agawagom yang mulai tergerus air sungai.
Jalan dan jembatan yang rusak itu pun merupakan satu-satunya akses darat yang menghubungkan Timika, Tembagapura, dengan Kampung Banti, Kampung Opitawak, dan Kampung Aroanop.
Kampung Waa/Banti sendiri merupakan wilayah yang berada 5 km dari area operasi PTFI di Tembagapura. Oleh karena itu, PTFI bergerak cepat dengan mengerahkan 2 unit alat berat berupa Excavator, 4 unit Articulate Dump Truck, 1 unit Wheel Loader dan 1 unit alat Grader beserta kru untuk melakukan perbaikan.(*)