CEPOSONLINE.COM, NABIRE-Fenomena penjualan tanah oleh orang asli Papua (OAP) kian marak di berbagai wilayah, termasuk di Meepago terutama di wilayah jalan lintas Nabire - Dogiyai. Di tengah arus investasi yang deras, sebagian masyarakat tergoda melepas tanah warisan leluhur demi uang.
Melihat kondisi itu, intelektual Mee Pago, Octovianus Yogi, angkat suara mengingatkan agar masyarakat tidak menukar warisan leluhur dengan uang sesaat.
“Terutama untuk masyarakat dari Dipa dan Menou. Tanah ini bukan sekadar tempat berpijak. Tanah ini adalah warisan dari nenek moyang kita. Darah dan air mata mereka tertanam di setiap batu, di setiap pohon, di setiap aliran sungai jadi stop jual tanah,” tegas Octovianus Yogi kepada media ini via seluler, Senin, (20/10/2025).
Yogi menyebut kawasan dari kilometer 38 hingga kilometer 98 di jalan lintas Nabire- Dogiyai yang dijadikan wilayah penambangan sebagai contoh area yang seharusnya dijaga dan tidak dijual.
“ Jangan tergoda oleh gula-gula manis dari orang Cina dan Korea. Mereka datang membawa janji manis, tapi di baliknya ada rencana yang bisa menghapus jejak kita di tanah ini,” tegasnya.
Ia menilai banyak OAP yang kehilangan tanah karena tergoda iming-iming uang tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Padahal, kata Yogi, uang bisa habis dalam sekejap, sementara tanah tidak akan bisa diganti selamanya.
“ Saat masyarakat mau jual tanah, coba berpikir sepuluh tahun ke depan, bahkan seratus tahun ke depan. Apa yang akan kita tinggalkan untuk anak-anak kita? Apakah hanya cerita bahwa orang tua mereka pernah menjual tanah demi uang?,” ungkapnya.