• Senin, 22 Desember 2025

Suara Perempuan Intan Jaya: Blok Wabu adalah Rahim Kami

Photo Author
- Sabtu, 4 Oktober 2025 | 11:58 WIB
Mewakili Perempuan Intan Jaya, Selly Selegani. (CEPOSONLINE.COM/THERESIA F. TEKEGE)
Mewakili Perempuan Intan Jaya, Selly Selegani. (CEPOSONLINE.COM/THERESIA F. TEKEGE)

CEPOSONLINE.COM, JAKARTA Suara tangis dan luka hati seorang perempuan Intan Jaya menggema dalam ruang pertemuan bersama lembaga negara di Jakarta. 

Di hadapan para wakil rakyat, Selly Selegani berbicara bukan hanya sebagai individu, melainkan sebagai suara kolektif mama-mama Intan Jaya perempuan yang hidup di tengah ancaman investasi tambang dan kehadiran militer non organik di tanah mereka.

Dengan nada pelan namun penuh makna, Selly menggambarkan bagaimana perempuan Papua memandang hutan bukan sekadar ruang kosong, tetapi bagian dari tubuh dan jiwa mereka sendiri.

“Laki-laki atau orang yang punya kepentingan investasi melihat hutan itu kosong. Tapi kami (perempuan) melihat hutan itu seperti kandungan.”

“Hutan itu seperti perempuan yang mengandung, melahirkan, lalu membesarkan anak-anaknya,” ujarnya Selly dihadapan DPD RI perwakilan Papua Tengah, Jumat, (3/10/2025).

Bagi perempuan Intan Jaya, hutan adalah sumber kehidupan tempat mereka mencari makan, minum, obat, dan penghidupan sehari-hari.

Namun, kini ruang hidup itu perlahan direnggut oleh ambisi investasi dan kekerasan bersenjata.

“Perempuan tidak butuh investasi, karena kami bisa hidup sendiri dengan alam. Tapi sekarang saya punya anak-anak dibunuh, saya diperkosa di hutan.”

“Tidak ada ruang yang aman untuk beraktivitas,” kata Selly dengan suara bergetar.

Ia menuturkan, kehadiran militer non organik di wilayah Intan Jaya semakin mempersempit ruang gerak perempuan.

Aktivitas sederhana seperti ke hutan untuk mencari bahan makanan kini penuh ketakutan.

“Ketika saya ke hutan, saya bisa ditangkap, diperkosa. Dan itu tidak banyak media yang meliput. Kami perempuan hidup dalam trauma,” ungkapnya.

Selly menyerukan agar pemerintah menarik pasukan militer non organik dari wilayah Intan Jaya dan menolak keras rencana investasi Blok Wabu, yang ia sebut sebagai “jantung kehidupan” masyarakat.

“Saya perempuan tidak mau investasi Blok Wabu masuk dan beroperasi. Karena Blok Wabu itu saya punya jantung,” tegasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Gratianus Silas

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Mimika, Harga Daging Babi Turun Jelang Nataru

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:24 WIB

Polres Mimika Musnahkan Sabu dan Ganja

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:55 WIB
X