Bahlil juga menjelaskan bahwa saat inio sedang dilakukan percobaan dan penelitian bibit apa yang cocock di Merauke. Karena sekalipun tanah bagus tapi bibit tidak sesuai maka akan sulit.
“Sekarang produktivitas kalau di Australia, 200 ton perhektar. Kalau di Jawa 60-70 ton perhektar.”
“Kita ingin di Merauke kalau bisa rata-rata 100 ton perhektar. Ini lagi dicari modifikasi oleh tim yang akan melakukan proses penelitian ini,’’ jelasnya.
Baca Juga: Tinjau Investasi Tebu di Merauke, Ini Agenda Kegiatan Menteri Bahlil Lahadalia
Soal isu lingkungan, Bahlil Lahadalia menjelaskan untuk sekali-kali naik helikopter untuk dapat melihat apakah ada hutan di Merauke.
“Ini semua kayu putih, bus, dan rawa-rawa, kalau tidak datar macam savana.”
“Mana ada hutan. Justru dengan kehadiran tebu ini bikin drainase supaya lingkungannya bagus. Terkecuali kalau di sana masih ada kayu merbau atau atau kayu yang besar. Tidak ada lagi. Justru kita dalam rangka amdalnya, wilayah-wilayah yang memang pusat pertumbuhan burung, air, tidak dijadikan sebagian bagian untuk tebu. Jadi kita betul-betul perhatikan,” tandasnya. (*)