Bahlil Lahadalia mengakui bahwa sejumlah program di Merauke sebelumnya gagal. Ada Mifee, Mire dan sebagainya.
“Saya tidak ingin yang program ini mengalami nasib yang sama.”
“Setelah saya diskusi dengan teman-teman, ternyata penelitian terhadap bibit ini menjadi satu faktor persoalannya.”
“Jadi bukan hanya persoalan lahannya, berapa besar area yang akan dibuka tapi bibit yang cocok yang akan ditanam di sini bibit apa.”
“Dan ini semua kita bikin untuk kesejahteraan rakyat,’’ jelasnya.
Baca Juga: Jadi Menteri Investasi, Bahlil Maksimalkan Implementasi UU Ciptaker
Bahlil menjelaskan bahwa rakyat harus dilibatkan dalam investasi ini sebagai inti plasma.
Begitu juga hak-hak rakyat tidak boleh diabaikan.
“Saya sudah wanti-wanti terus.”
“Sebagai ketua Satgas, saya katakan kepada teman-teman di Jakarta di Kementrian bahwa membangun di Merauke ini harus sama dengan membangun di kampung saya.”
“Jangan sampai orang tua-tua punya hak kita abaikan. “Saya tidak mau itu.”
“Saya juga sudah ultimatum, siapa saja perusahaannya mau PSN, KIK, BUMN harus semua tertib dan menghargai hak-hak kesulungan dari seluruh masyarakat kita di sini,’’ jelasnya.
Baca Juga: Bahlil: Tanpa Investor, Papua Tidak Bisa Maju Secara Masif
Jika hak-hak mereka dihargai lanjutnya, maka begitu investasi masuk masyarakat pemilik hak ulayat tidak boleh terpinggirkan.
Maka konsepnya plasma inti. Investasinnya tumbuh, daerahnya maju dan rakyat di sekitar yang punya hak ulayat bisa tumbuh.