• Senin, 22 Desember 2025

W.R. Supratman: Pahlawan mewangi, bukan berdarah

Photo Author
Elfira Halifa
- Rabu, 12 November 2025 | 19:54 WIB
Wage Rudolf Supratman, seorang komponis, wartawan, dan pemikir yang berjuang dengan biola dan pena, di saat orang lain memilih bedil. (Ilustrasi jawapos)
Wage Rudolf Supratman, seorang komponis, wartawan, dan pemikir yang berjuang dengan biola dan pena, di saat orang lain memilih bedil. (Ilustrasi jawapos)

Warisan ini menggarisbawahi keyakinan bahwa jalur seni, jurnalisme, dan pengetahuan memiliki dampak yang jauh lebih luas dan mengakar dibandingkan pertempuran fisik.

Supratman menggunakan profesinya, seorang komponis, sebagai medan jihadnya. Ia berjuang dengan keahlian, sebuah pesan yang sangat relevan, saat ini, ketika kita menghadapi tantangan kompleks yang membutuhkan solusi intelektual.

Bahkan, pemerintah menegaskan bahwa perjuangan masa kini adalah melalui ilmu pengetahuan, kerja keras, dan pengabdian.

Supratman adalah teladan sempurna bagi generasi kini untuk menggunakan laptop, laboratorium, atau ruang kelas sebagai medan perjuangan kita, memastikan bahwa kita menghasilkan karya nyata.

Perjuangan melalui keahlian ini sejalan dengan deskripsi pahlawan dalam lirik "Pahlawan Merdeka" sebagai "Aji jaya sakti nan sejati." Kekuatan yang sejati bukan terletak pada kekerasan, melainkan pada keabadian dan kemurnian kontribusi --prinsip yang juga ditekankan oleh negara sebagai nilai yang harus diteladani.

Kritik terhadap peringatan Hari Pahlawan yang terlalu fokus pada aspek militer adalah bahwa ia mengaburkan kontribusi para pemikir dan seniman yang membangun fondasi ideologis bangsa.

Kita harus mengubah narasi, menempatkan Supratman di garda depan pahlawan yang tersebar melalui karya dan ilmu, meneladani keikhlasan, keberanian, dan pandangan jauh ke depan yang ia miliki. Ketiga nilai ini adalah modal utama untuk bergerak, bukan hanya mengenang.

 

Ratna yang tersebar

Lantas, bagaimana cara kita menjadikan semangat "Pahlawan Merdeka" tetap kontekstual di tengah tema Hari Pahlawan 2025: “Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak, Melanjutkan Perjuangan”.

Solusinya adalah dengan mentransformasi tema kepahlawanan menjadi aksi profesionalisme yang berintegritas.

Menjadi ratna yang tersebar hari ini berarti menjadi profesional yang berintegritas dan berkontribusi secara nyata di bidang masing-masing.

Pertama, teladani integritasnya. Melanjutkan perjuangan adalah dengan melawan korupsi, memperjuangkan keadilan, dan memastikan prinsip-prinsip negara tegak.

Kedua, berjuang dengan keahlian. Supratman berjuang dengan musik; kita harus berjuang dengan keahlian kita, bisa menjadi petani yang inovatif, programmer yang menciptakan solusi digital, guru yang mencerdaskan, atau birokrat yang melayani rakyat dengan tulus. Ini adalah bentuk “Terus Bergerak” yang paling fundamental dan konstruktif.

Ketiga, ciptakan keabadian. Mirip dengan lagu "Pahlawan Merdeka" yang mengabadikan para pejuang, kita harus menciptakan karya, riset, atau sistem yang memberikan manfaat jangka panjang bagi bangsa, sebuah warisan yang mewangi dan tidak lekang dimakan waktu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Elfira Halifa

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bantuan Kesehatan Bagi Korban Banjir di Sumatera

Selasa, 9 Desember 2025 | 19:01 WIB

Perbarui sertifikat untuk cegah sengketa

Kamis, 20 November 2025 | 21:05 WIB

Prabowo targetkan tambah 30 fakultas kedokteran baru

Kamis, 20 November 2025 | 20:53 WIB

W.R. Supratman: Pahlawan mewangi, bukan berdarah

Rabu, 12 November 2025 | 19:54 WIB

Biaya haji 2026 turun

Rabu, 5 November 2025 | 04:03 WIB
X