Kebaikan yang menyentuh hati
Pemilik Harry and Mimin Homestay Mukmin Badu menjadi saksi perjalanan bersejarah itu. Ia mengaku awalnya mengira kedua wisatawan asal negeri tulip tersebut datang hanya untuk berlibur seperti turis pada umumnya yang datang ke daerah itu.
“Saya pikir mereka mau ke pulau-pulau. Tapi setelah berbincang, mereka bilang ingin mencari keluarga mereka di sini,” kata Mukmin.
Ia pun membantu sebisanya, mencarikan informasi, menemani ke lokasi-lokasi lama, hingga akhirnya mereka menemukan apa yang mereka cari. “Saya ikut terharu melihat ekspresi mereka waktu menemukan rumah dan makam itu,” kata Mukmin.
Yannick dan Kenneth mengaku perjalanan ini bukan sekadar wisata sejarah, tetapi perjalanan jiwa. Mereka tak hanya menemukan masa lalu, tapi juga merasakan hangat nya kebaikan orang-orang Gorontalo yang membantu tanpa pamrih.
“Orang Indonesia, terutama di Gorontalo, luar biasa ramah. Mereka memperlakukan kami seperti keluarga sendiri. Kami datang sebagai orang asing, tapi pulang sebagai bagian dari mereka,” ujar Kenneth.
Sebelum meninggalkan Gorontalo, mereka sempat berdiri lama di tepi pelabuhan, memandangi laut biru yang sama dengan yang dulu dilihat oleh buyut mereka. Ombak berkejaran lembut, seakan membawa pesan dari masa lalu.
Bagi Yannick dan Kenneth, perjalanan ini menegaskan bahwa akar keluarga tak pernah benar-benar hilang. Ia hanya menunggu ditemukan, di tempat yang menyimpan kenangan dan kisah cinta lintas generasi.
Walaupun saat ini raga dua bersaudara itu telah meninggalkan Gorontalo untuk mencari jejak lain keluarga di penjuru Nusantara, namun mereka telah meninggalkan jiwa dan cinta bahkan untuk kota yang hanya diketahui melalui cerita dan lembaran berharga lukisan cahaya.***Oleh Adiwinata Solihin