Ia melihat permintaan saat ini masih sepi, namun ia optimis masih bisa laku.
"Saya jualan sampai dengan tanggal 16 Agustus 2025."
"Setelah itu pulang sama rombongan. Ada tiga orang yang ikut bos di Sentani. Waktu berangkat ke sini, kita dibelikan tiket naik kapal dan pulangnya kita beli sendiri," sebutnya.
Ditanya soal jualan, Asep mengaku mengambil sedikit keuntungan dari harga dasar yang diberikan bosnya.
"Jadi, masyarakat saat membeli juga masih bisa menawar," ujarnya.
Selain Asep, hal senada juga dikatakan Nandar, pedagang asal Jawa Barat yang juga berjualan atribut kemedekaan.
Nandar berjualan di depan Masjid Al Aqsa Sentani.
Ia mengaku dalam berjuang atribut kemedekaan tidak seperti dulu, karena ada yang tidak membeli masih ada atribut kemerdekaan seperti bendera, umbul-umbul, yang masih disimpan rapi setelah dipasang.
Walaupun demikian, ia tetap berjualan karena optimis masih ada rejeki saat jualan di Papua.
Untuk atribut kemerdekaan yang dijual bervariasi harganya tergantung besar kecil ukurannya dan modelnya, ia jual mulai Rp 10 ribu hingga yang termahal Rp 300 ribu.
Itupun masih bisa di tawar jika memang belinya cukup banyak. (*)
