"Ganja ini juga sering masuk dari negara tetangga Papua Nugini lewat jalur tikus. Ini harus dihentikan dan aparat kepolisian diperbatasan ini harus lebih ketat lagi penjagaan setiap orang masuk,"tegasnya.
Namun pihaknya berharap aga adanya peran keluarga, sekolah, dan gereja sangat penting dalam memberikan edukasi dini tentang bahaya narkoba.
Pemerintah Kota Jayapura juga telah mendorong program sosialisasi terpadu di sekolah-sekolah dan komunitas, serta membuka layanan rehabilitasi bagi anak muda yang ingin lepas dari jerat narkoba.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan aparat. Ini tugas kita semua sebagai orang tua, pemimpin, guru, dan tokoh agama. Kita harus rangkul mereka, bukan hanya hukum mereka,”jelasnya.
ABR menekankan pentingnya memberikan ruang dan kegiatan positif bagi anak-anak muda seperti pelatihan kerja, olahraga, seni, dan kegiatan rohani sebagai alternatif dari lingkungan yang rawan narkoba.
"Saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu melawan peredaran ganja dan menyelamatkan generasi muda Papua dari kehancuran, jangan kita biarkan mereka terjerumus kehal-hal yang negatif yang justru merusak masa depan mereka," pungkas ABR. (*).