CEPOSONLINE.COM, NABIRE — Konflik bersenjata yang terus terjadi di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, kembali menimbulkan korban jiwa dari masyarakat sipil. Situasi ini membuat aktivitas warga terganggu dan menciptakan rasa takut di kalangan masyarakat, termasuk perempuan dan anak-anak yang kini hidup dalam ketidakpastian.
Menanggapi kondisi tersebut, Bupati Intan Jaya, Aner Maisini, menegaskan bahwa pendekatan keamanan di wilayahnya harus dilakukan secara lebih humanis dan berkeadilan.
“ Masyarakat sipil, baik OAP (Orang Asli Papua) maupun Non-OAP, tidak boleh diganggu apalagi ditembak. Mereka adalah warga yang ingin hidup tenang, mencari makan, dan ikut berkontribusi dalam pembangunan di Intan Jaya,” tegas Bupati Intan Jaya, Aner Maisini saat dihubungi media ini via seluler, Jumat (17/10/2025).
Bupati Maisini juga menyoroti kejadian yang menewaskan beberapa masyarakat sipil di Distrik Hitadipa pada 14 Oktober 2025, yang menyebabkan sejumlah warga sipil ikut menjadi korban.
“ Kami sangat prihatin atas insiden di Hitadipa. Warga yang tidak tahu apa-apa ikut menjadi korban, padahal mereka hanya ingin hidup tenang. Pemerintah daerah meminta agar aparat lebih berhati-hati dalam melakukan operasi keamanan,” kata Bupati.
Menurutnya, akibat peristiwa tersebut, sebagian masyarakat memilih mengungsi ke wilayah sekitar Sugapa untuk mencari perlindungan. Kondisi ini menambah panjang daftar pengungsi di Intan Jaya yang hingga kini masih hidup serba terbatas tanpa fasilitas memadai.
Bupati Aner Maisini menyampaikan duka cita yang mendalam atas setiap insiden yang mengakibatkan korban jiwa . Ia menilai, setiap nyawa yang hilang adalah kehilangan besar bagi bangsa dan daerah.
“ Atas nama pemerintah dan masyarakat Intan Jaya, saya menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban. Semua adalah manusia yang berharga di mata Tuhan. Karena itu, kita harus mencari jalan damai, bukan terus saling melukai,” ucapnya penuh haru.
Aner Maisini meminta agar aparat keamanan dan pihak terkait dapat mengutamakan dialog dan pendekatan sosial-budaya dalam menangani konflik. Ia juga berharap agar pemerintah pusat lebih banyak melibatkan pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan keamanan, sehingga langkah yang diambil benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat di lapangan.
“ Kami di daerah lebih tahu karakter masyarakat dan situasi sosialnya. Kalau penanganannya dilakukan dengan pendekatan yang manusiawi, kami yakin situasi bisa lebih tenang dan semua yang hidup di Intan Jaya akan hidup dalam damai,” tukasnya. (*)