CEPOSONLINE.COM, JAYAPURA-Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, secara tegas membantah tuduhan bahwa TNI terlibat dalam pembunuhan warga sipil bernama Hertina Murip di Intan Jaya, Papua Pegunungan.
Ia menyatakan bahwa aksi brutal tersebut dilakukan oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM), bukan oleh aparat TNI.
Sementara pihak TPN OPM jauh-jauh hari menyatakan bahwa Hertina meninggal karena ditembak aparat TNI.
Pernyataan Kristomei ini disampaikan sebagai tanggapan atas tudingan OPM yang menyalahkan TNI atas kematian Hertina Murip. Berdasarkan hasil penyelidikan dan klarifikasi dari aparat setempat serta saksi mata, mengungkapkan bahwa Hertina dilaporkan hilang dari posko pengungsian Pada 18 Mei 2025,
Warga menduga ia kembali ke kampung asalnya. Namun dalam perjalanan, ia dicegat dan ditembak oleh kelompok bersenjata OPM pimpinan Daniel Aibon Kogoya, yang menuduhnya sebagai mata-mata TNI.
Sejak 15 Mei 2025, TNI sudah ditarik dari Kampung Sugapa Lama atas permintaan Bupati dan tokoh masyarakat setempat, kami tidak terlibat dalam tewasnya Mama Hertina, apa yang dituduhkan OPM itu hanyalah fitnah," tegas Mayjen Kristomei dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu (31/5/2025).
Kristomei menambahkan bahwa OPM kerap memanfaatkan nama TNI untuk membenarkan tindakan keji mereka terhadap masyarakat sipil.
Menurutnya, hal ini merupakan bagian dari strategi propaganda untuk menciptakan kebencian publik terhadap aparat TNI maupun Polri.
"Klarifikasi dari aparat lokal dan saksi mata menegaskan bahwa korban tewas akibat tindakan brutal kelompok separatis, bukan karena operasi TNI," tegasnya.
Ia juga menyoroti bahwa penyebaran informasi bohong atau hoaks yang menyudutkan TNI merupakan bagian dari propaganda sistematis OPM. Tujuannya adalah untuk menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi negara.
"Narasi-narasi miring terhadap aparat sejatinya merupakan taktik OPM untuk membalik persepsi publik. Jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu yang belum terverifikasi," tambahnya.
Lebih lanjut, Kristomei menyinggung insiden pembacokan dua anggota polisi di Yahukimo dan Jayawijaya sebagai contoh nyata kekerasan berulang yang dilakukan OPM demi menciptakan ketakutan di tengah masyarakat. "Kejadian tersebut menegaskan pola kekerasan yang terus mereka ulang demi menebar teror," ujarnya.
"Kami berharap masyarakat tetap tenang dan tidak terhasut oleh isu-isu menyesatkan. TNI hadir di Papua untuk menjaga keamanan dan melindungi masyarakat," pungkasnya. (*)