CEPOSONLINE.COM — JAKARTA, Perwakilan perwakilan Solidaritas Mahasiswa dan Rakyat Papua, Marsel Pigai menegaskan Blok Wabu bukan emas, tapi mama bagi orang Intan Jaya dan Papua pada umumnya.
“ Blok Wabu bukan emas, tapi mama kami,” ujar perwakilan Solidaritas Mahasiswa dan Rakyat Papua, Marsel Pigai saat menyampaikan suara rakyat Intan Jaya di hadapan Wakil Ketua DPD RI dan anggota DPD RI di ruang Nusantara 3 lantai 8 kantor DPD RI di Jakarta, Jumat, (3/10/2025).
Marsel hadir dengan pakaian adat lengkap yakni topi, noken, koteka, dan hiasan tradisional lain yang melekat di tubuhnya. Bagi Marsel, atribut itu bukan sekadar simbol, tetapi bukti bahwa apa yang disebut Blok Wabu adalah bagian dari tubuh dan identitas orang Papua.
“ Tanah bagi kami bukan hanya tempat tinggal, tapi sumber kehidupan, sumber pengetahuan, tempat tradisi dan doa kami bertumbuh,” ujarnya.
Ia menegaskan, negara boleh melihat Blok Wabu sebagai kandungan emas bernilai ekonomi, tetapi masyarakat adat melihatnya sebagai tanah warisan leluhur yang telah memberi makan, minum, dan kehidupan sejak ribuan tahun lalu.
“ Di sana ada gereja, ada marga-marga yang sudah hidup sebelum Republik berdiri. Kalau Blok Wabu dihancurkan, yang hilang bukan hanya alam, tapi juga etnis, marga, dan budaya kami,” katanya.
Sejak isu tambang mencuat tahun 2019 masyarakat Intan Jaya tidak pernah berubah sikap. Lebih dari 50 kali aksi penolakan digelar, melibatkan tokoh adat, pemuda, perempuan, hingga tokoh agama. Bahkan Forkopimda Kabupaten Intan Jaya pernah ikut menyatakan dukungan atas penolakan tersebut. Hingga kini, kata Marsel, Blok Wabu juga belum memiliki Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), hanya sekadar rekomendasi penetapan wilayah tambang.