Hal-hal inilah yang menjadi persoalan dan tantangan secara garis besar terhadap insan pers dalam menyajikan berita yang informatif dan edukatif bagi publik.
Untuk itu, ia pun menekankan dukungan semua pihak terhadap keberadaan jurnalis dengan berkolaborasi di tanah air, terutama di tanah Papua.
Dalam kesempatan itu, Wahyu juga menyinggung kondisi ekonomi yang belakangan ini sedikit memburuk terhadap perusahaan media.
Ia menyebut, mendirikan perusahaan atau menjadi pengusaha media bukanlah hal yang mudah. Dari sisi ekonomi, jurnalisme tidak bisa diselamatkan hanya dengan mekanisme pasar.
Katanya, berita bukanlah formalitas yang hanya bisa didukung oleh iklan—berita, jurnalisme ataupun perusahaan media harus didukung oleh pemerintah setempat.
“Kalau kita sama-sama yakin, sama-sama percaya bahwa masyarakat yang sehat butuh informasi yang benar, informasi yang berbasiskan fakta maka kita semua harus mendukung jurnalisme,” ujarnya.
“Ada banyak cara untuk kita berkolaborasi, terutama dari para pemangku kebijakan, dari Pemda, dari Forkopimda, menyelamatkan media berarti menyelamatkan ekosistem informasi. Memastikan bahwa publik atau masyarakat mengakses informasi yang benar, menyelamatkan media berarti menyelamatkan kepentingan publik,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua AMSI Tanah Papua, Jean Bisay menyampaikan tiga hal penting. Yang pertama, kata Jean bahwa suatu organisasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya jaminan komunikasi.
Kedua, kebersamaan. Menurut Jean, andaikata tidak adanya kebersamaan dari jajaran pengurus maka AMSI Tanah Papua tidak akan pernah ada.
“Dan yang ketiga yang terakhir adalah saling percaya—kalau kita tidak ada saling percaya pasti organisasi tidak akan jalan,” tutup Jean.
Seremoni pelantikan pengurus AMSI pun dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan ramah tamah serta Seminar Digital Media bertajuk “Menakar Idealitas dan Realitas di Era Digitalisasi”. (*)