CEPOSONLINE.COM, MIMIKA - Pada Selasa, 4 November 2025, sejumlah masyarakat yang merupakan perwakilan dari tujuh kampung di Distrik Jila menggeruduk kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Mimika.
Kedatangan mereka bukan tanpa sebab, melainkan ada hal yang paling serius yang harus segera ditindikalanjuti oleh para wakil rakyat.
Hal dimaksud adalah terkait dengan peristiwa penembakan yang terjadi di Distrik Jila, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Kehadiran perwakilan masyarakat ini lalu diterima oleh jajaran DPRK Mimika yang ditunaikan dengan Rapat Dengar Pendapat (RDP).
RDP ini juga turut dihadiri oleh perwakilan Kodim 1710/Mimika dan juga Kepolisian Resor (Polres) Mimika.
Dalam RDP tersebut, mereka menyampaikan sejumlah tuntutan. Warga masyarakat Distrik Jila menuntut agar aparat TNI segera ditarik dari wilayah itu.
Masyarakat setempat meminta kepada Pimpinan DPRK Mimika bersama Pemerintah Daerah Mimika agar segera melihat kondisi keamanan masyarakat sipil di Distrik Jila.
Mereka juga meminta agar Dandim 1710/Mimika segera menarik pasukan TNI tambahan di Distrik Jila, karena dengan penambahan pasukan TNI tersebut menyebabkan peristiwa penembakan.
Masyarakat juga meminta kepada pihak TNI Polri untuk mencari solusi terbaik agar tidak terjadi lagi peristiwa yang sama.
Masyarakat juga meminta agar adanya keadilan sosial bagi masyarakat terdampak di DIstrik Jila berkaitan dengan peristiwa dimaksud.
Seorang Perwakilan Masyarakat Jila, Otto Tsumne menjelaskan, kejadian penembakan tersebut terjadi pada Jumat, 31 Oktober 2025.
“Jadi pada saat itu ada kegiatan Raker Klasis sekaligus dilakukan bakar batu. Usai bakar batu, warga pun kembali ke kampung masing-masing dan terjadilah insiden penembakan tersebut. Akibatnya satu warga Jila merupakan anggota OPM tewas,” katanya.
Kejadian itu menyebabkan masyarakat merasa trauma dan mengungsi ke ibu kota distrik. Bahkan, layanan pendidikan, kesehatan termasuk penerbangan belum berjalan.
“Mudah-mudahan setelah ini kedepannya ada solusi terbaik,” ungkapnya.