• Senin, 22 Desember 2025

Miris, Edukasi Reproduksi Masih Dianggap Tabu

Photo Author
- Sabtu, 12 Juli 2025 | 18:18 WIB
Persit Kartika Chandra Kirana Ranting 4 Denintel Cabang I Sinteldam PD XVII/Cenderawasih, foto bersama dengan remaja Gereja GKI Waena Korem, Kota Jayapura Papua, usai pemyuluhan pada (12/7/2025).  (Karel/Ceposonline.com)
Persit Kartika Chandra Kirana Ranting 4 Denintel Cabang I Sinteldam PD XVII/Cenderawasih, foto bersama dengan remaja Gereja GKI Waena Korem, Kota Jayapura Papua, usai pemyuluhan pada (12/7/2025).  (Karel/Ceposonline.com)

CEPOSONLINEM.COM,JAYAPURA-Tingginya angka kasus HIV/AIDS di Papua mendorong dr. Lili Deny Yanuarta, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Ranting 4 Denintel Cabang I Sinteldam PD XVII/Cenderawasih mengadakan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi para remaja gereja di Kota Jayapura.

Penyuluhan yang dilaksanakan pada Sabtu (12/7/2025) di Gereja GKI Waena Korem, Kota Jayapura Papua dan diikuti puluhan remaja.

Lili menyampaikan materi seputar masa remaja, ciri-ciri usia remaja, fungsi dan cara menjaga organ reproduksi, pubertas, menstruasi, serta mimpi basah.

Menurutnya, usia remaja adalah masa yang sangat rentan terhadap pengaruh negatif, terutama seks bebas yang berisiko penularan HIV/AIDS.

Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya edukasi sejak dini agar remaja bisa menghindari perilaku berisiko.

Ketika remaja memasuki masa pubertas, hal yang paling penting diperhatikan adalah menjauhi seks bebas.

"Ini karena dampaknya sangat besar, mulai dari tertular HIV/AIDS hingga risiko kematian," jelas Lili.

Dalam penyuluhan tersebut, dr. Lili juga menjelaskan secara rinci tentang penyakit menular seksual (PMS), termasuk cara penularan melalui hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, hubungan seks sejenis, maupun dengan penjaja seks.

Selain itu, dr. Lili menyoroti dampak buruk pornografi terhadap kesehatan mental dan perkembangan remaja.

"Konten pornografi memengaruhi bagian otak yang disebut prefrontal cortex, pusat dari kepribadian dan pengendalian diri. Jika bagian ini terganggu, maka remaja akan kesulitan membedakan antara baik dan buruk," paparnya.

Beberapa dampak lainnya termasuk keinginan untuk meniru adegan pornografi, kecenderungan menyendiri, depresi, hingga perilaku menyimpang.

Untuk menghindarinya, dr. Lili menyarankan agar remaja memperkuat keimanan, aktif dalam kegiatan positif, serta menjauhi konten pornografi.

Dr. Lili menyayangkan kurangnya edukasi kesehatan reproduksi yang diterima remaja, baik dari orang tua maupun di lingkungan sekolah.

Hasil kuesioner yang dikumpulkan pihaknya menunjukkan bahwa banyak remaja di Papua telah mengakses konten pornografi, bahkan ada yang mencoba aktivitas seksual dengan tangan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Abdel Gamel Naser

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ringroad Longsor Lagi, Akses Ditutup Total

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:01 WIB
X