CEPOSONLINE.COM, JAYAPURA-Universitas Cenderawasih (Uncen) sebagai universitas tertua yang lahir di Tanah Papua, tidak hanya sebagai tempat menimba ilmu, tetapi harus mampu berkontribusi nyata dalam memecahkan permasalahan dan mengembangkan potensi Papua.
Salah satunya lewat penelitian yang hasilnya dibukukan untuk kepentingan banyak orang.
Dalam usia 62 tahun ini, Uncen telah memasuki fase baru sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN-BLU). Rektor Uncen, Oscar Oswald Wambrauw berharap dengan status PTN-BLU, Civitas Akademika Uncen harus memperkuat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
“Uncen memiliki tanggung jawab untuk menjawab kebutuhan serta aspirasi masyarakat Papua. Penelitian dan pengabdian harus lebih berfokus pada potensi-potensi lokal, isu lingkungan, budaya, serta pemberdayaan masyarakat.” ungkapnya saat puncak acara Dies Natalis Uncen di Auditorium Uncen, Senin (11/12/2024).
Oleh karena itu, para dosen Uncen diharapkan mempunyai inovasi yang dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat di Papua berdasarkan hasil penelitian yang dibukukan untuk kepentingan masyarakat banyak di Papua.
Bukti nyata atas harapan Rektor Uncen Oscar Wambrauw ini, dijawab langsung dengan satu karya berupa buku yang ditulis dari para dosen FKIP Uncen yang dilaunching pada acara Dies Natalis Uncen. Yakni buku berjudul “Inovasi PBL dan PjBL (Berbasis Kontekstual Papua)”.
Buku setebal 135 halaman ini ditulis oleh Dr. Indah Slamet Budiarti (Kaprodi Pendidikan Fisika) berkolaborasi dengan Dr Yan Dirk Wabiser (Dekan FKIP Uncen) dan Dr Aleda Mawene (Dosen di Prodi Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia FKIP Uncen).
“Penulisan buku ini merupakan hasil dari perjalanan panjang dalam memahami dan mengaplikasikan model pembelajaran yang efektif, terutama dalam konteks pendidikan di Papua.” ungkap Dr. Indah Budiarti yang juga Sekretaris di Prodi Manajemen Pendidikan Dasar (MPDr) FKIP Uncen ini.
Menurutnya, Papua, dengan kekayaan budaya dan tantangan geografisnya, memerlukan pendekatan pembelajaran yang unik dan relevan.
“Saya percaya bahwa Project-Based Learning (PjBL) dan Problem-Based Learning (PBL) adalah dua model yang dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, serta memfasilitasi siswa dalam mengembangkan keterampilan kritis dan kreatif. Dengan merujuk pada konteks lokal, kami berharap dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan bermakna.” bebernya.
Buku ini, lanjut Indah, tidak hanya ditujukan untuk para pendidik, tetapi juga untuk semua pihak yang peduli terhadap kemajuan pendidikan di Papua.
“Saya berharap melalui buku ini, kita semua dapat bersama-sama berkontribusi dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memberdayakan generasi muda,” ujar lulusan S3 (Doktor) Pendidikan IPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini.
Buku "Inovasi PBL dan PJBL (Berbasis Kontekstual Papua)” ini lahir dari kebutuhan untuk menghadirkan model pembelajaran yang relevan dan efektif di tengah dinamika pendidikan yang terus berkembang, khususnya di tanah Papua.
Dimana pendidikan merupakan fondasi penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam konteks Papua, tantangan geografis dan budaya yang beragam menjadi latar belakang untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran yang tidak hanya inovatif, tetapi juga kontekstual.
Melalui Project- Based Learning (PjBL) dan Problem-Based Learning (PBL), buku ini menawarkan wawasan serta strategi yang dapat diterapkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi para siswa.