• Senin, 22 Desember 2025

Menikmati pesona tersembunyi di Hutan Gamaran Padang Pariaman

Photo Author
- Selasa, 13 Juni 2023 | 01:34 WIB
Pengunjung memanah ikan di kawasan ekowisata Nyarai, Hutan Gamaran, Nagari Salibutan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Pengunjung memanah ikan di kawasan ekowisata Nyarai, Hutan Gamaran, Nagari Salibutan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

 

-
Pengunjung membaca informasi tentang flora dan fauna di Hutan Gamaran, kawasan ekowisata Nyarai, Nagari Salibutan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

-
Pengunjung berjalan kaki di Hutan Gamaran, kawasan ekowisata Nyarai, Nagari Salibutan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Pagi sehabis hujan, awan masih menaungi Nagari Salibutan, tetapi keriuhan sudah terdengar di tepi hutan. Sekelompok anak muda, sekitar 15 orang, sudah tiba di sana untuk bersiap bertualang ke Air Terjun Nyarai di kawasan Hutan Gamaran, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Mereka bersemangat karena baru pertama kali menjajal jalur yang berada di hutan nagari itu. Gemercik air sungai pun sudah mulai terdengar dari kejauhan. Alirannya tenang, tidak deras dan besar meskipun dirundung hujan semalaman. Seandainya terjadi hujan deras pun tidak akan menyebabkan banjir bandang karena tutupan hutan masih bagus.

Air Terjun Lubuk Nyarai berada di kawasan yang dulunya merupakan Hutan Lindung Bukit barisan I yang kini berubah statusnya menjadi hutan nagari (desa) setelah mendapat izin dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Hutan Gamaran seluas 2.800 hektare itu kini dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LHPN) Nagari Salibutan dan Pokdarwis Nyarai.

Adalah Ritno Kurniawan, pelopor ekowisata Nyarai yang mulai membuka destinasi wisata petualangan itu sejak tahun 2013. Ritno menjelaskan, dulunya warga merupakan para penebang kayu ilegal yang merambah hutan secara masif untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Tapi sejak dirintis menjadi objek wisata petualangan, lokasi hutan itu disulap menjadi tempat wisata minat khusus, dan warga sekitar banyak yang kemudian beralih profesi menjadi pemandu wisata trekking (berjalan kaki).

Ritno menambahkan, meskipun masih ada yang melakukan aktivitas pembalakan liar namun jumlahnya sedikit. Warga yang menebang kayu hanya untuk memenuhi keperluan pribadi, bukan untuk cukong atau kebutuhan ekonomi lainnya.

-
Pengunjung melintasi sungai saat trekking di Hutan Gamaran, kawasan ekowisata Nyarai, Nagari Salibutan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Sebagai upaya melestarikan kawasan itu, Ritno menawarkan kepada pengunjung untuk ikut serta menanam bibit pohon sekaligus berwisata. Sambil berpetualang, pengunjung membawa bibit untuk ditanam di titik yang ditentukan di kawasan konservasi terbaik yang telah diakui oleh Eouropean Outdoor Conservation Ascociation (EOCA) itu.

Daya tarik ekowisata Nyarai Hutan Gamaran adalah Air Terjun Nyarai dengan lubuknya yang alami. Secara geologi kolam di Nyarai terbentuk secara alami, dengan fenomena breksi yaitu pusaran air yang menggerus dinding kolam jutaan tahun lalu.

Trekking menuju lokasi itu ditempuh dengan jarak 5,5 kilometer. Wisatawan juga bisa berkemah di hutan, menangkap ikan menggunakan anak panah tradisional, dan menyaksikan flora dan fauna sepanjang perjalanan.

Untuk menikmati wisata minat khusus tersebut pengunjung dikenai tarif Rp30 ribu per orang dengan jumlah rombongan minimal lima orang. Biaya tersebut sudah termasuk biaya untuk menyewa pemandu yang berlisensi.

Foto dan teks: Iggoy el Fitra

Editor : R Rekotomo

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bantuan Kesehatan Bagi Korban Banjir di Sumatera

Selasa, 9 Desember 2025 | 19:01 WIB

Perbarui sertifikat untuk cegah sengketa

Kamis, 20 November 2025 | 21:05 WIB

Prabowo targetkan tambah 30 fakultas kedokteran baru

Kamis, 20 November 2025 | 20:53 WIB

W.R. Supratman: Pahlawan mewangi, bukan berdarah

Rabu, 12 November 2025 | 19:54 WIB

Biaya haji 2026 turun

Rabu, 5 November 2025 | 04:03 WIB
X