CEPOSONLINE.COM, BIAK – Meskipun terdapat peningkatan skor pendidikan di Kabupaten Biak Numfor, namun tantangan besar terkait literasi dan numerasi masih terus dihadapi.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Pengajaran Biak Numfor, Jhon Yoseph Sobuber, mengungkapkan bahwa meski capaian rata-rata skor pendidikan Kabupaten Biak dari data SPM Rapor Pendidikan meningkat dari 48,78 (2023) menjadi 58,26 (2024) hasil evaluasi menunjukkan bahwa status literasi masih berada pada kategori kuning dan numerasi masih merah.
Data ini berasal dari hasil Assessment Nasional (AN) yang diambil secara acak dari siswa kelas V hingga XI di sekolah-sekolah di Kabupaten Biak.
Sobuber menambahkan bahwa meski angka ini menunjukkan adanya perbaikan, capaian tersebut belum mencerminkan hasil yang optimal dalam meningkatkan kompetensi dasar anak-anak di daerah tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa peningkatan ini hanya merupakan sebagian gambaran dari kondisi sebenarnya, yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kualitas pengajaran dan keterbatasan sumber daya di sekolah-sekolah, terutama di daerah pinggiran, kepulauan dan perkampungan.
Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan mitra seperti UNICEF dan Yayasan Rumsram sangat penting untuk mempercepat proses perbaikan ini.
Sementara itu, Direktur Yayasan Rumsram, Ishak Matarihi, dalam kesempatan yang sama mengakui tantangan besar yang dihadapi dalam mencapai target literasi dan numerasi yang memadai.
Yayasan Rumsram telah bekerja selama lebih dari 10 tahun dalam meningkatkan literasi dan numerasi di wilayah terpencil, menyatakan bahwa meskipun sudah banyak usaha dilakukan, capaian di 7 kabupaten yang mereka tangani, termasuk Biak, masih jauh dari memadai.
Sebagian besar wilayah tersebut masih menunjukkan hasil buruk, dengan skor merah pada numerasi dan kuning pada literasi.
Ishak menjelaskan bahwa pergeseran fokus Rumsram dari daerah terpencil ke kota, khususnya Biak, merupakan sebuah langkah yang tidak terduga.
Program yang kini menyasar 16 sekolah di pusat kota, terdiri dari 9 SD dan 7 TK, bertujuan untuk mengejar ketertinggalan ini dan memperbaiki kualitas pendidikan.
"Kami menyadari bahwa untuk mencapai perubahan yang nyata, kami harus bergandengan tangan dengan semua pihak, baik itu pemerintah daerah, lembaga internasional, serta para guru dan orang tua," ujar Ishak.
Menurutnya kolaborasi yang lebih erat agar hasil yang diinginkan, yaitu peningkatan literasi dan numerasi, dapat tercapai secara maksimal. (*)