CEPOSONLINE.COM, BIAK – Biak Numfor kembali menunjukkan kenaikan harga yang signifikan dengan mencatatkan angka Indeks Perkembangan Harga (IPH) sebesar 4,49 persen pada minggu ke-4 Juli 2025.
Hasil ini menempatkan Biak Numfor di posisi pertama sebagai penyumbang inflasi terbesar di Papua dan urutan kedua di tingkat nasional.
Kenaikan harga yang tajam ini terjadi setelah pada bulan Juni 2025, Biak Numfor tercatat mengalami deflasi dengan IPH rata-rata sebesar -4,44 persen.
Hal ini menandakan perubahan yang cukup drastis, dengan adanya pergeseran tren harga dari penurunan menuju inflasi dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Cabai rawit menjadi komoditas utama penyumbang kenaikan harga, dengan lonjakan harga yang sangat signifikan hingga 2,904 persen, diikuti oleh cabai merah yang naik 1,122 persen, serta bawang merah yang mencatatkan kenaikan sebesar 0,494 persen.
Menurut Fauzi, Kepala BPS Biak Numfor, harga komoditas ini sangat dipengaruhi oleh faktor musiman dan pasokan yang terbatas, terutama untuk cabai rawit yang memiliki fluktuasi harga tinggi.
BPS juga mencatat bahwa meskipun ada kenaikan harga signifikan, kondisi ini menjadi perhatian khusus bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengantisipasi potensi gangguan terhadap daya beli masyarakat, terutama untuk kebutuhan pokok.
Fauzi menegaskan pentingnya pengawasan terhadap perubahan harga komoditas utama agar inflasi tetap terkendali dan tidak memberatkan masyarakat.
Dari pantauan di pasar Swalayan Biak, harga saat ini cabai rawit mencapai Rp 110 ribu, turun Rp 10 ribu dari harga sebelumnya, namun kondisinya masih cukup langka, sementara harga tomat yang tadinya Rp 45 ribu, kini turun di Rp 23 ribu perkilogramnya, dan juga pantauan harga cabai merah keriting turun di 60 ribu perkilogramnya. (*)