CEPOSONLINE.COM, BIAK - Wilayah adat Saireri menunjukkan tajinya sebagai pusat kekuatan maritim Papua. Melalui koordinasi antar kabupaten pesisir—Biak Numfor, Supiori, Waropen, dan Yapen—kerja sama antarwilayah kini mulai diwujudkan dalam sektor perikanan untuk menjawab kebutuhan pangan wilayah pegunungan.
Hal ini ditegaskan oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Biak Numfor, Effendy Igirisa, dalam keterangannya usai pembahasan tindak lanjut kerja sama suplai perikanan antara Biak dan Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan, Kamis malam (17/7).
Ia menyebut Biak dan wilayah adat Saireri siap menjadi pemasok utama ikan segar ke delapan kabupaten di wilayah pegunungan.
“Ketika Wamena butuh Kerapu, kita bisa suplai dari Supiori. Kalau butuh Kakap dan Kurisi, kita siapkan dari Yapen. Kepiting dan udang bisa dari Waropen. Biak sendiri punya semuanya—Cakalang, Kurisi, Ekor Kuning, Kakap. Tapi supaya tidak hanya Biak yang dominan, kita libatkan semua daerah Saireri,” ungkap Effendy.
Langkah ini, menurutnya, bukan hanya strategi ekonomi, tapi juga bentuk konkret kolaborasi antar kabupaten di wilayah adat Saireri yang bersiap menyongsong pembentukan Provinsi Papua Utara.
Kolaborasi ini sudah difasilitasi melalui nota kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang telah ditandatangani antara Biak dan Pemprov Papua Pegunungan.
“Ini kerja lintas kabupaten, lintas adat, tapi satu suara. Saireri siap suplai ikan untuk saudara-saudara kita di pegunungan. Kita bangun dari sekarang, sebagai cerminan kerja sama provinsi ke depan,” ujarnya.
Dalam praktiknya, Biak memiliki kapasitas produksi yang kuat. Hanya dari satu koperasi, KSBM, produksi ikan seperti Cakalang dan ikan dasar bisa mencapai 20–30 ton per bulan.
Jika permintaan dari wilayah pegunungan meningkat, pasokan akan didorong lewat pelibatan pelaku usaha perikanan lokal dan nelayan tradisional.
Namun, Effendy menegaskan bahwa tujuan utama kerja sama ini bukan sekadar distribusi logistik, melainkan keseimbangan ekonomi dua arah.
Di satu sisi, nelayan Biak mendapat harga beli ikan yang lebih baik; di sisi lain, masyarakat pegunungan bisa mengakses ikan dengan harga lebih murah dari sebelumnya.
“Ini bukan soal jual-beli biasa. Ini upaya menyejahterakan nelayan di wilayah adat Saireri, sekaligus memperkuat ketahanan gizi di pegunungan. Ini semangat saling menguatkan antarsaudara Papua,” kata Effendy.
Kerja sama ini juga bersinergi dengan program strategis nasional seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Merah Putih, dan program pencegahan stunting.
Semua inisiatif ini membutuhkan pasokan protein hewani yang stabil, dan ikan menjadi sumber gizi yang krusial.