Ia juga mengimbau seluruh peserta untuk aktif dan jujur dalam menyampaikan data serta temuan di wilayah masing-masing, terutama petugas layanan kesehatan di Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, dan para kader desa/kampung yang berada di garis depan pelayanan.
"Hasil dari kegiatan ini tidak boleh berhenti di meja perencanaan. Harus ada implementasi nyata di lapangan yang menyentuh langsung keluarga-keluarga yang paling membutuhkan," tegasnya.
Bupati Tolikara menyatakan bahwa penguatan sumber daya manusia merupakan salah satu program unggulan pemerintahannya bersama Wakil Bupati Yotam Wonda (Pasangan Wilyon). Namun ia menekankan, kegagalan dalam menangani stunting akan berdampak langsung pada kegagalan membangun SDM unggul di Tolikara.
Penanganan stunting, lanjutnya, bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan. Semua perangkat daerah, termasuk Dinas Pendidikan, Bappeda, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung, serta elemen masyarakat seperti keluarga, tokoh adat, tokoh gereja, perempuan, dan pemuda, memiliki peran penting dalam aksi bersama ini.
Sebagai kepala daerah, Willem Wandik menegaskan bahwa setiap anak Tolikara berhak atas gizi yang cukup, layanan kesehatan yang memadai, dan lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya.
Ia bahkan mengajak seluruh elemen gereja, para pendeta, dan tokoh adat untuk menjadikan gerakan penurunan stunting sebagai bagian dari tanggung jawab iman dan adat di Tanah Injil.
"Mari gunakan jabatan dan kewenangan yang kita miliki untuk beribadah kepada Tuhan melalui upaya penyelamatan generasi kita dari bahaya stunting. Kita harus pastikan di Tanah Injil ini lahir generasi terbaik sehat jasmani, kuat rohani, dan siap membangun peradaban yang membanggakan," pungkasnya (*)