CEPOSONLINE.COM,SARMI-Di tepi pantai Sarmi Kota, berdiri sisa-sisa pelabuhan tua yang kini hanya menyisakan tiang-tiang kosong.
Dahulu, tempat ini menjadi saksi hiruk-pikuk kapal yang datang dan pergi membawa hasil bumi, cerita, dan harapan dari berbagai penjuru pesisir utara Papua. Kini, hanya riak ombak yang setia menyapa dalam sunyi.
Warga sekitar masih menyebutnya “Pelabuhan 1001 Ombak”, sebutan yang lahir dari kisah lama tentang gelombang yang tak pernah berhenti menghantam tiang-tiang kayu pelabuhan.
Dulu, tempat ini menjadi titik penting perekonomian daerah, tempat bertemunya pedagang, nelayan, dan masyarakat kampung dari berbagai distrik.
Namun waktu berjalan, pelabuhan baru berdiri menggantikannya. Pelabuhan tua itu perlahan ditinggalkan, lapuk dimakan usia dan garam laut.
Kini, hanya tinggal kenangan dan serpihan sejarah yang tersisa di antara kayu tua yang nyaris roboh.
Bagi sebagian warga, pelabuhan itu bukan sekadar bangunan, ia adalah simbol dari masa keemasan Sarmi yang pernah berjaya di jalur laut utara Papua.
Di balik kesunyian sore, suara ombak yang memecah pantai seakan menceritakan kembali masa lalu yang tak lagi kembali.(*)