Masalah Terbesar Indonesia Adalah Fisik
DIA pernah membawa timnas U-23 Korea Selatan (Korsel) ke perempat final Olimpiade 2016. Dua tahun kemudian, skuad senior Korsel asuhannya menundukkan Jerman di laga terakhir fase grup Piala Dunia 2018, sekaligus membuat sang juara bertahan kandas.
MULAI Sabtu (28/12) hingga empat tahun ke depan, Shin Tae-yong bisa jadi akan menghadapi tantangan terberat sepanjang karir kepelatihannya. Sebagai pelatih tim nasional (timnas) Indonesia, negeri yang kali terakhir merebut emas SEA Games nyaris tiga dekade silam; negeri yang kini terpuruk di posisi ke-173 dalam daftar ranking terbaru FIFA; negeri yang terus kalah dalam lima laga kualifikasi Piala Dunia 2022.
Bagian dari durasi 4 tahun kontraknya yang diteken kemarin di ruang VIP Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, pria 50 tahun itu dibebani menyapu bersih tiga pertandingan sisa kualfikasi Piala Dunia grup G Zona Asia. Shin juga ditargetkan harus bisa membawa Merah Putih juara di Piala AFF 2020.
Belum lagi juga diminta menyiapkan timnas junior untuk persiapan Piala Dunia U-20 pada 2021 yang dituanrumahi Indonesia. “Pemain-pemain Indonesia punya bakat luar biasa. Saya melihat harapan itu dan berjanji akan berusaha maksimal di sini,” kata mantan pelatih timnas U-17, U-20, U-23, dan senior Korsel itu.
Berikut petikan wawancara dengan pria yang semasa bermain berposisi sebagai gelandang serang tersebut di sela perkenalannya sebagai pelatih baru timnas Indonesia kemarin.
Apa yang Anda ketahui tentang sepak bola Indonesia sejauh ini? karakter permainan atau pemain yang menonjol?
Saya pernah ke sini dua kali, sebagai pemain di tahun 1994 dan sebagai pelatih bersama timnas Korea Selatan (Korsel) U-22 pada 2015. Saya masih ingat, terutama 2015 bagaimana timnas Indonesia bermain. Kami (Korsel) memang menang saat itu, tapi kualitas pertandingan sangat luar biasa. Ketika kemudian saya dihubungi oleh Sekjen PSSI Ratu Tisha beberapa bulan lalu mengenai tawaran untuk melatih timnas Indonesia, saya ingat lagi pertandingan itu. Saya juga langsung nonton video pertandingan timnas U-22 di SEA Games 2019 dan uji coba. Juga timnas senior di kualifikasi Piala Dunia. Saya lihat walau gagal dan kalah, ada satu harapan yang bisa dikembangkan. Pemain-pemain Indonesia punya bakat luar biasa. Saya melihat harapan itu dan berjanji akan berusaha maksimal di sini.
Dari yang Anda ketahui sejauh ini, apa problem terbesar yang mesti segera dibenahi di sepak bola Indonesia?
Begini, kemampuan setiap pemain berbeda-beda. Ada yang kurang satu, yang lainnya punya. Tapi, yang saya lihat masalah terbesarnya adalah soal fisik. Beberapa video yang saya tonton, pemain Indonesia selalu kehabisan tenaga di babak kedua. Tepatnya setelah 20 menit pertandingan berjalan. Saya akan segera cari tahu solusinya, saya akan diskusikan dengan (pelatih timnas U-22) Indra Sjafri masalah itu. Kenapa fisik yang harus dibenahi? Fisik harus kuat, maka mental akan kuat. Fisik kuat artinya bisa fokus sepanjang pertandingan. Dan, yang paling penting, kalau fisik kuat, ada semangat untuk menang. Jika itu semua dikombinasikan, timnas akan kuat.
Dari beberapa video Timnas yang sudah anda tonton, bagaimana Anda menilai kontribusi para pemain naturalisasi?
Skill dan kemampuan mereka sama dengan pemain (lokal) Indonesia. Apalagi jika tak ada hati bermain untuk Indonesia, saya tidak suka itu. Saya juga tidak akan membeda-bedakan pemain yang main di luar negeri atau di dalam negeri. Satu hal yang saya ingin saya tegaskan kepada pemain adalah, kalau kamu bermain untuk negaramu, bermainlah dengan hati, dengan semangat untuk menang di lapangan.
Pemain-pemain di Indonesia sudah terbiasa dengan pemusatan latihan jangka panjang. Bagaimana caranya Anda mengubah kebiasaan itu?
Saya belum tahu soal itu, saya mau mengumpulkan pemain terlebih dahulu. Punya waktu banyak untuk pemusatan latihan memang bagus, tapi sepertinya tidak akan saya lakukan.