CEPOSONLINE.COM, MIMIKA - Kepala Distrik Mimika Timur Jauh, Yulius Katagame mengungkapkan kondisi pendidikan di wilayahnya yang kian memprihatinkan.
Yulius mengatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga beberapa jenjang di atasnya.
Namun, kenyataan yang didapatkan justru memilukan.
Banyak anak-anak yang seharusnya sudah memasuki usia sekolah justru belum bersekolah.
Tidak hanya itu, banyak juga anak-anak usia produktif yang sudah putus sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan, baik SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.
Hal inilah yang kemudian didata oleh Pemerintah Distrik Mimika Timur Jauh untuk ditindaklanjuti.
“Pendataan sudah kami lakukan, namun sementara data yang sudah terhimpun dari staf kami belum melaporkan kepada saya secara terinci."
"Kami sudah melakukan pendataan mulai minggu lalu,” kata Yulius.
Lanjut dikatakan, pendataan dilakukan meliputi jumlah anak-anak di setiap kampung, serta jumlah sekolah di setiap kampung.
Hasil pendataan menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi yang terjadi di Distrik Mimika Timur Jauh juga turut berpengaruh.
Kondisi inilah yang memaksa banyak anak di wilayah itu yang harus melepas seragam sekolahnya.
Pada tahun 2024, pemerintah distrik telah berupaya menangani persoalan ini dengan meluncurkan suatu program bertajuk Sanggar Pelayanan Belajar (SKB) bagi anak-anak putus sekolah.
Di dalamnya, terdapat program kejar paket mulai dari Paket A, Paket B hingga Paket C dan sudah berjalan hingga kini.
Program ini pun diharapkan dapat membawa perubahan dalam dunia pendidikan di wilayah Distrik Mimika Timur Jauh. (*)