CEPOSONLINE.COM, JAYAPURA - Mahalnya harga pakan ikan sering menjadi keluhan petani ikan di Papua.
Namun kini, warga Kampung Yoka yang tergabung dalam kelompok pembudidaya ikan Oblokhouw Sejahtera Mandiri, Distrik Heram, Kota Jayapura menemukan solusi melalui program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat: Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Cenderawasih yang didanai oleh BIMA Kemdikti Saintek
Program yang digelar Senin (8/9/2025) ini memperkenalkan teknologi sederhana produksi pakan ikan dengan bahan lokal. Ikan red devil yang invasif dan eceng gondok yang kerap dianggap gulma justru diolah menjadi pelet ikan berkualitas.
"Pakan murah dan bergizi bukan mimpi lagi. Kami mengajarkan teknologi yang mudah dipraktikkan, sehingga masyarakat bisa mandiri dan tidak lagi tergantung pada produk pabrikan,” jelas Ketua Pelaksana, Imam Mishbach.
Dalam sesi pelatihan, warga diberi pemahaman teori nutrisi ikan, praktik pencampuran bahan, penggunaan mesin pencetak, hingga strategi penjemuran pellet oleh Dr. Himawan dengan melibatkan Mahasiswa Nakhor Nawipa yang juga didamping Mersiana Mebri dari Dinas Perikanan Kota Jayaputra.
Kegiatan ditutup dengan uji coba pemberian pakan di kolam. Respons ikan yang lahap menjadi bukti kualitas pelet lokal.
Selain teknis produksi, program ini juga membekali warga dengan pengetahuan manajemen usaha. Masyarakat diperkenalkan pada pencatatan keuangan sederhana, pemanfaatan aplikasi digital, hingga strategi pemasaran ikan berbasis media social oleh Pisi Bethania Titalessy, M.Sc dengan melibatkan Mahasiswa Maria Yosi Soko.
Kegiatan ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 2 tentang ketahanan pangan, SDG 8 tentang pertumbuhan ekonomi, dan SDG 14 tentang perlindungan ekosistem perairan.
Salah satu warga, Victoria Mebri menuturkan bahwa kegiatan ini membuka peluang besar.
"Selama ini kami hanya fokus budidaya, bergantung pada pakan pabrikan yang mahal. Tidak tahu ada teknologi pembuatan pelet ikan secara mandiri dengan memanfaatkan bahan sekitar kita,”
“Kami juga tidak tahu cara hitung untung rugi dengan baik. Sekarang kami paham soal pakan dan usaha, jadi lebih percaya diri,” ungkapnya.
Dengan adanya inovasi ini, Uncen berharap model serupa bisa diterapkan di kampung lain di sekitar Danau Sentani. Jika berhasil, ketergantungan terhadap pakan impor dapat ditekan, sementara ekonomi lokal akan semakin berkembang. (*).