Tampak sejumlah sopir Angkot jurusan Abepura Waena di Tanjakan Ale Ale Padang Bulan. (Ceposonline.com/Karel)
CEPOSONLINE.COM JAYAPURA-Aksi mogok masal yang dilakukan sopir angkutan perkotaan (Angkot) Kota Jayapura, Senin (16/10), berimbas pada masyarakat yang biasa menggunakan jasa Angkot.
Bagaimana tidak, akibat aksi mogok tersebut banyak dari mereka yang merasa dirugikan akibat mogok tersebut.
Seperti yang disampaikan Mathius (57), kepada Ceposonline.com, di Abepura, ia terpaksa tidak bisa kerja lantaran tidak mendapatkan transporasi.
Padahal sejak pagi jam 07.00 WIT, pria usia kepala 5 tersebut, sudah menunggu Angkot di Gapura USTJ Jayapura, tapi sayang hingga siang jam 11.30 WIT, tidak ada satupun angkot yang melintasi wilayah tersebut.
"Gara-gara tidak ada angkot, jadinya saya tidak masuk kerja," ungkap Mathius kepada Ceposonline.com.
-
Mathius pun merasa kecewa, sebab menururtnya tuntutan sopir angkot tersebut sangat tidak relevan. Karena menurutnya tidak semua masyarakat di Kota Jayapura memiliki aplikasi untuk pemesanan transportasi online.
"Saya sendiri tidak tau pakai aplikasi untuk pemesanan taksi online, bahkan mungkin bukan cuma saya, sehingga masih banyak masyarakat di Kota Jayapura yang menggunakan angkot," bebernya.
Menurutnya keberadaan transportasi online, tidak merugikan transportasi konvensional.
"Sebenarnya, Tuhan sudah mengatur rejeki kita masing, jadi tidak perlu khawatir," ujarnya.
Sehingga menururtnya, sopir angkut tidak perlu merasa bersaing dengan kehadiran transportasi online, sebab sebagian besar masyarakat masih memilih transportasi konvensional untuk beraktifitas.
"Ada cara lain, selain aksi mogok. Karena kalau mogok begini kasihan kita yang tidak tau pakai aplikasi online, tidak bisa pergi kerja," tuturnya.
Diapun mengatakan kalaupun transportasi konvensional merasa dirugikan dengan keberadaan transportasi online, harusnya bukan dengan cara aksi mogok masal seperti itu.
"Kenapa harus mogok, ada cara lain untuk menyampaikan aspirasi, daripada merugikan banyak orang," imbuhnya.
Dengan persoalan tersebut diapun meminta kepada pemerintah agar, merespon atas tuntutan transportasi konvensional tersebut, dengan memberikan solusi.
"Pemerintah juga, jangan acuh dengan persoalan ini, harusnya mereka bisa mengatur sehingga keberadaan transportasi online dengan konvensional tidak saling merugikan satu sama lain, kami harap masalah ini segera diselesaikan," pungkasnya. (*)