JAYAPURA-Penyebaran penyakit kusta saat ini menjadi salah satu perhatian serius dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura. Upaya yang dilakukan dengan menyediakan pengobatan bagi masyarakat yang sakit. Hanya saja, tidak sedikit warga atau masyarakat yang sudah tertular penyakit ini, masih enggan untuk melakukan pengobatan secara rutin.
"Kasus baru memang banyak, itu karena mungkin kurang menjaga higien sanitasi, kebersihan. Terus yang sudah kusta minum obatnya kadang putus sambung, putus sambung. Karena ketersediaan obat juga, khususnya yang multibasiler, kusta basah, itu yang menular," kata Ni Nyoman Sri Antari, Jumat (22/9).
Dia mengungkapkan, ketidakpatuhan masyarakat atau pasien dalam mengkonsumsi obat program, menyebabkan yang bersangkutan akan mengalami resistensi terhadap obat tersebut. Karena penyakit itu termasuk penyakit yang terabaikan lagi.
Banyak masyarakat yang tertular kusta, tapi tidak mau dibilang kusta, kemudian yang bersangkutan hidup serumah dengan anggota keluarga. Perlahan tapi pasti dia akan menular ke orang lain. Jadi semestinya harus berobat tuntas dan masyarakat harus menghilangkan stigma tersebut.
"Yang menderita kusta cukup banyak, tapi persisnya saya harus lihat data lagi. Jadi cukup banyak, datanya anak itu menandakan baru, kalau ada kasus anak," bebernya.
Dia menambahkan, penyebaran kasus ini terjadi di beberapa tempat, seperti Hamadi, Moso, Abe Pantai juga ada. Faktor yang menyebabkan, kusta seperti sulit diatasi karena adanya anggapan dari masyarakat sendiri yang menolak diagnosa kusta terhadap anggota keluarganya.
"Kami tetap lakukan program pengobatan, malah sekarang ada program pencegahan. Misalnya satu orang kusta, paling tidak 17 orang di sekitarnya harus diberikan obat pencegahan," pungkasnya. (roy/tri)
