JAYAPURA – Agenda pesta rakyat, Arumbay Tonotwiyat dan Laku Dalam Ruang yang akan digelar di Kampung Engros Distrik Abepura, pada Sabtu (23/9) menjadi momentum untuk kaum perempuan di kampung menyuarakan apa yang menjadi kegelisahan terkait lingkungan dan kondisi social di kampung.
Para pekerja seni yang berkolaborasi dengan para pegiat lingkungan menyiapkan “panggung” tersebut secara apik untuk disajikan ke public. Ketua Panitia Arumbay Tonotwiyat, Petronela Meraudje menyampaikan bahwa kegiatan yang mirip pesta rakyat ini benar-benar akan menjadi momentum bagi kaum perempuan di kampung untuk berekspresi.
“Selama ini kami tidak bisa berbicara banyak di kampung jadi moment Arumbay Tonotwiyat menjadi kesempatan untuk menyampaikan apa kegelisahan perempuan di kampung. Jika di Skow punya Fesival Kelapa maka di Engros punya Arumbay Tonotwiyat,” kata Petronela Rabu (20/9) kemarin.
Dikatakan kegelisahan yang hingga kini menjadi rahasia umum adalah menyangkut kondisi hutan bakau yang banyak sampah, sulitnya mencari bia atau kerang termasuk bahasa ibu yang terancam punah. Para pekerja seni menarik isu ini kemudian mengemas dalam bentuk pertunjukan laku dalam ruang yang memang dikhususkan bagi kaum perempuan.
“Nanti ada perahu yang masuk ke dalam hutan perempuan dan pengunjung perempuan bisa ikut ke dalam. Ada juga seni tradisi dan mainan ala kampung yang akan disajikan,” beber Petronela. Dikatakan Petronela bahwa ini juga menjadi momentum untuk para pekerja seni mempresentasikan residensi laku dalam ruang dan sebagian besar akan dimainkan oleh kaum perempuan.
“Mama – mama di kampung sudah siap.Kami juga akan tunjukkan soal dialog masyarakat kampung itu bagaimana agar masyarakat di luar paham bagaimana kondisi di kampung,” imbuhnya. (ade/tri)