• Senin, 22 Desember 2025

Rusaknya Hutan Mangrove Primer Perlu Direhabilitasi

Photo Author
- Minggu, 29 Juli 2018 | 03:29 WIB
Gamel Cepos

Tanam Mangrove - Anggota Forum Komunitas Jayapura (FKJ) melakukan penanaman dan bersih sampah di Mendug, Teluk Yotefa pada Sabtu (28/7). Ini untuk memperingati hari mangrove sedunia

JAYAPURA - Hari Mangrove Sedunia yang diperingati tiap 26 Juli dirayakan oleh Forum Komunitas Jayapura (FKJ) di Mendug, Teluk Yotefa pada Sabtu (28/7).

Ini sekaligus memperingati hari Mangrove Sedunia yg diperingati tiap tanggal 26 Juli. FKJ melakukan penanaman dan bersih sampah bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua dan siswa siswi SMP 14 Koya Koso.

Lokasi ini dipilih karena menjadi satu lokasi yang dibabat habis dampak dari pembangunan jalan Hamadi Holtekamp pada tahun 2015 lalu. Luasnya hampir 1 Hektar dan merupakan hutan mangrove primer.

FKJ juga melakukan pembersihan lokasi Dermaga Abesauw Distrik Abepura. "Kami coba melakukan dengan cara kami untuk tetap mengingatkan bahwa ada kesalahan yang belum diperbaiki.

Lokasi hutan mangrove primer ini seharusnya tidak boleh dibabat seperti ini dengan alasan apapun tapi karena sudah terjadi maka harus direhabilitasi," kata Ketua Forum Peduli Port Numbay Green, Fredy Wanda sebagai koordinator kegiatan. Isu hutan mangrove sendiri khususnya di Teluk Yotefa menjadi menarik lantaran tiap tahunnya cakupan angka kehilangan hutan mangrove terus terjadi.

Laju kehilangan hutan ini makin kencang di tahun 90an dan tempat yang dulu menjadi rumah ikan, kerang maupun kepiting mulai rusak. "Harusnya pemerintah yang menanami tapi sampai sekarang kondisinya terbiar," kata Fredy.

Ia mengingatkan bahwa hutan mangrove menjadi 'dapur' bagi tiga kampung yakni Engros, Tobati dan Nafri dimana mama-mama banyak mencari kerang maupun kepiting untuk dimakan keluarga," bebernya. Fredy juga menyebut bahwa Teluk Yotefa masih menjadi tempat sampah terbesar di Jayapura karena berbagai jenis sampah berada di teluk ini.

"Tadi teman-teman ikut membersihkan sampah disela-sela akar mangrove dan sampahnya kami buang di bak penampungan sampah dibantu komunitas truk, jadi bukan truk DKP yang kami pakai," bebernya. Sementara, Intan dari Komunitas pecinta Iguana mengaku penanaman di Mendug sangat melelahkan.

Meski demikian dirinya tetap senang. "Penuh tantangan, sesungguhnya kerusakan alam adalah kesalahan manusia. Kalau kita saling menunggu semua akan berakhir di kata terlambat.

Hati kecil saya menangis melihat lautan sampah di lokasi penanaman bibit bakau tadi. Pesan saya, ayo mulailah melakukan 1 hal kecil untuk dikenang nanti karena menjaga bumi adalah salah satu cara saya bersyukur akan nikmat Allah," singkat wanita bercadar ini. (Ade)

[wdi_feed id="1"]

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ringroad Longsor Lagi, Akses Ditutup Total

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:01 WIB
X