regional

Pastor Jhon: Perjuangan dengan Membunuh Itu Tak Dibenarkan

Kamis, 27 Maret 2025 | 14:45 WIB
Pastor Jhon Jonga (CEPOSONLINE/GAMEL)

CEPOSONLINE.COM, JAYAPURA - Insiden penyerangan di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo yang menimpa tenaga guru dan juga tenaga kesehatan memantik para tokoh agama angkat suara.

Tak hanya dari Sinode GKI di Tanah Papua yang mengecam tindakan ini, tetapi juga pimpinan umat Katolik, Pastor Jhon Jonga juga menyayangkan kejadian tersebut.

Ia meyakini para korban yang selamat akan merasakan trauma yang mendalam, mengingat yang menjadi korban adalah rekan seprofesi.

Pastor Jhon mendapat informasi jika korban Rosalia Rerek Sogen ketika itu mau menolong temannya, namun justru dirinya yang menjadi amuk sasaran kelompok yang menyerang.

Pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan siap bertanggungjawab atas aksi penyerangan ini.

"Ada temannya yang dari Biak dan itu yang ingin diselamatkan, tapi di situlah justru guru Rosalia mendapat bentuk kekerasan," beber Pastor kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di Koya Tengah, Rabu (26/3/2025).

Guru Rosalia ketika itu mengalami luka tusuk di pinggang, luka robek di leher dan juga luka patah tangan terbuka.

Pastor Jhon Jonga juga bersedih mengingat sebuah perjuangan tidak harus dilakukan dengan merugikan orang lain, apalagi sampai membunuh. Berjuang namun dengan membunuh dianggap sebagai gagalnya sebuah perjuangan.

"Ini bentuk kegagalan, apalagi korban adalah tenaga pendidik. Mereka dipanggil untuk mendidik anak-anak Papua khususnya yang ada di pedalaman, menjadi orang khusus sebab tentu tidak semuanya mau. Ini menjadi kerugian besar dan menjadi persoalan hingga saat ini," ucap Pastor.

"Ingat namanya pendidikan itu akan merubah sebuah peradaban menjadi lebih baik dan yang melakukan itu adalah para guru-guru di pedalaman. Banyak yang menelepon saya dan memberi ungkapan menyesal serta prihatin, saya sampaikan bagaimanapun juga kalau mau berjuang silahkan saja tapi jangan melukai," beber pastor.

Dengan kejadian ini, diyakini banyak pihak keluarga dan banyak orang bisa saja tidak mau lagi memberikan pelayanan.

"Saya sangat prihatin jika di pedalaman tak ada petugas kesehatan dan pendidik, karena disitulah masyarakat akan belajar. Kalau pemerintah pakai masyarakat sipil bisa saja, tapi jika situasi tidak aman tentu orang juga tidak mau, sekalipun dipaksa," sambung pastor Jhon.

Soal sipil apalagi yang berkaitan dengan pekerjaan kemanusiaan tidak boleh disentuh kata pastor sudah diakui secara hukum internasional.

"Jadi salah jika mengatakan bisa berjuang sendiri tanpa dokter, tanpa petugas guru dan lain sebagainya. Saya pikir tidak segampang itu, sebab orang yang bekerja sebagai pelayan kemanusiaan itu memang tanpa pamrih dan mereka butuh keamanan dan keselamatan," jelasnya.

Halaman:

Tags

Terkini

BPBD Kota Jayapura Mulai Petakan Daerah Rawan Bencana

Sabtu, 13 Desember 2025 | 19:13 WIB

Wali Kota Beri Catatan Untuk Penyakit Kusta

Selasa, 9 Desember 2025 | 16:13 WIB