BTM menambahkan, jika sampai hari ini Persipura masih hidup berkat upaya keras dan dukungan finansial yang luar biasa dari Pak Rudy Maswi dan grup.
"Kita tahu sudah banyak klub hilang dan dijual karena tidak ada dukungan dana. Tetapi kita tidak mau Persipura bernasib demikian. Persipura harus tetap hidup, tetap ada di tanah Papua,"tuturnya.
Lanjut BTM, biarlah kecaman itu dialamatkan kepada manajemen. Sebab barangkali mereka tidak tahu betapa beratnya mengurus sebuah klub sepak bola.
Mengelola tim sebesar Persipura bukan sekadar menyusun daftar pemain semata, tetapi adalah perjuangan panjang.
Mencari sponsor di tengah badai finansial, menjaga stabilitas tim di tengah ketidakpastian liga, merawat identitas di tengah derasnya arus perubahan.
"Mengurus Persipura itu seperti menjaga api di tengah hujan deras, kadang kecil nyalanya, tapi tidak boleh padam,"kata BTM.
BTM mengaku, mungkin bagi sebagian orang, Persipura hanyalah klub sepak bola. Tetapi bagi orang Papua, Persipura adalah jati diri.
"Persipura adalah simbol persaudaraan, semangat perlawanan, dan kebanggaan yang menyatukan kita dari pesisir sampai pegunungan,"jelas mantan Wali Kota Jayapura 2 periode ini.
Orang bisa saja cepat melupakan bahwa Persipura pernah menjadi raja di tanah air. Mereka bisa lupa bahwa Persipura sudah dengan susah payah mengukir empat bintang juara liga.
"Ingat bahwa sejarah tidak pernah bisa dihapus dan bagi kami, cukup satu hal yang membuat kami tetap berdiri tegak Persipura tetap hidup di hati masyarakat Papua. Itu sudah lebih dari segalanya,"pungkas BTM. (*).